Sabtu, 29 Oktober 2011

Tak Pesimis Meski Mobnas Selalu Gagal

Dalam hal teknologi, sangat susah bagi negara berkembang seperti Indonesia menghadirkan inovasi teknologi mobil terbaru.Bagai tak pernah akan menyerah, sejak beberapa waktu, kembali lahir mobil nasional (mobnas) yang diprakarsai Asosiasi Industri Otomotif Nusantara (Asianusa), gabungan pengusaha yang mengklaim konsisten bercita-cita untuk memproduksi mobnas Indonesia. 

Mobnas yang satu ini bernama GEA (diambil dari singkatan gulirkan energi alternatif), hasil produksi kerja sama Asianusa dengan PT INKA, BUMN pabrikan gerbong kereta api.

Berita mengembirakan yang terakhir adalah, mulai datangnya pemesanan 250 unit GEA varian pengangkut sayur. "Pemesanan mobil tersebut dilakukan Pemprov Sulawesi Selatan dalam dua tahap. 

Tahap pertama sebanyak 50 unit pada 2011. Sisanya sebanyak 200 unit akan diselesaikan pada 2012," kata Direktur PT INKA, Roos Diatmoko, di Madiun beberapa waktu lalu.

Mobnas yang satu ini masuk kategori city car berdemensi 3.320×1.490×1.640 mm dengan wheelbase 1.965 mm. Mesinnya 650 cc dan mampu melaju hingga kecepatan 85 km/jam dengan sistem pembakarannya injeksi EFI dengan penggerak roda depan. 

Kabarnya bahan bakarnya sangat hemat.Mengomentari itu, Ketua Umum Asianusa, Ibnu Susilo kepada Republika mengatakan, dalam sejarahnya kehadiran Mobnas memang belum berhasil tampil di pasar mobil secara nasional. "Kita tidak perlu pesimistis dengan keadaan Mobnas yang selalu gagal di pasaran selama ini," ujarnya. Dengan keinginan gigih dari para produsen Mobnas, saat ini sedikit banyak telah bertahan dengan menjual hasil karyanya. Sebelum GEA, perusahaan yang dinaungi Asianusa, PT Fin Komodo Teknologi (FEN), berhasil membuat Mobil Komodo di tahun 2009, yang telah dipasarkan diseluruh Tanah Air hingga saat ini. Ibnu yang juga sebagai CEO dari PT FEN mengungkapkan hasil kerja keras perusahaannya menghadirkan mobil Komodo. "Mobil ini adalah hasil karya para teknisi dan modal dari anak Indonesia," ungkapnya.

Mobil Komodo adalah kendaraan of-froad jenis Cruiser asli Indonesia, yang sangat lincah dan handal sebagai kendaraan penjelajah. Ibnu selama ini menjual mobil Komodonya berdasarkan pemesanan, setiap tahun sekitar 100unit mobil Komodo berhasil terjual.

Selain Komodo, ada juga Mobnas bernama Tawon. Mobil berkapasitas mesin 650 cc ini diproduksi oleh PT Super Gasindo Jaya (Auto-gas) dengan pusat produksi di Rangkasbitung, Kabupaten Tangerang, Banten. Direktur Penjualan PT Auto-gas, Dewa Yuniardi, mengatakan, mobil Tawon ini memiliki peluang pasar yang potensial.

Pasar yang akan dituju mobil Tawon ini adalah segmen masyarakat pedesaan, khususnya bagi unit koperasi. "Kita tidak menjual secara ritel, tapi kepada koperasi," ujarnya. Saat ini, beberapa koperasi di tiga provinsi pulau Jawa telah siap memasarkan mobil tawon.

Untuk layanan after sales, pihaknya bekerja sama dengan berbagai koperasi dalam penyediaan suku cadang dan layanan service. Rencananya akhir bulan Oktober 2011 ini mobil Tawon sudah siap dipasarkan secara masal. Saat ini, jelas Dewa, pihaknya sedang memasuki tahap akhir analisis pasar dan penjualannya. "Dari komunikasi kami dengan pihak koperasi, kami optimis 40 hingga 50 unit akan terjual setiap bulan," ungkapnya.

Pilihan kerja sama dengan Koperasi juga dilakukan PT ENKA dalam pen-jualan lanjutan kepada Pemprov Sulawesi Salatan. "Penjualannya tidak dilakukan per unit melainkan per paket dan diharapkan dapat dilakukan oleh koperasi atau badan hukum," kata Roos Diatmoko.

Dukungan gubernur

Sementara itu, Gubernur Sulawesi Selatan Sharul Yasin Limpo mengatakan, pemesanan mobil GEA buatan PT ENKA tersebut bertujuan mewujudkan mobil Indonesia di wilayahnya. Setelah dimodifikasi menjadi mobil sayur, mobil GEA tersebut akan digunakan untuk memajukan perekonomian masyarakat pedesaan di wilayahnya dengan memberikan mobil ini sebagai bantuan kepada masyarakat.

"Saya telah menganggarkan dana, hingga Rp 6 miliar untuk pemesanan mobil ini bagi masyarakat Sulawesi

Selatan. Teknisnya baru akan dibahas saat rapat paripurna mendatang," ujar Gubernur.

Ia menilai sudah saatnya Indonesia memiliki mobil nasional. Oleh karena itu, pihaknya atau Pemprov Sulawesi Selatan akan menjadi pendukung utama PT INKA untuk melahirkan mobil GEA menjadi mobil nasional.

Selain produsen yang tergabung dalam Asianusa, belakangan hadir pula konsep Mobnas hasil karya siswa SMK. Konsep Mobnas yang dikenal dengan mobil Esemka ini hasil kreasi siswa SMK. Namun mobil konsep ini belum direncanakan diproduksi dan dijual secara massal.

Pengamat Otomotif Suhari Sargo mengingatkan kepada produsen Mobnas untuk tidak sebatas memproduksinya. Ada tiga hal yang harus dilakukan produsen Mobnas. Pertama akselerasi teknologi mobil terkini harus dikejar dalam penyempurnaan produk. Kedua fokus di segmen pasar yang dituju dan terakhir perkuat mata rantai penjualan dan layanan after sales. Bila ketiga langkah itu konsisten dijalankan produsen Mobnas, maka ia yakin aka bertahan. "Minimal tidak tergilas penjualan mobil merek luar," ujarnya. Idealnya Mobnas adalah mobil yang dibuat secara sumber daya baik manusia, bahan dan teknologinya dari Indonesia. Yang kemudian diakui secara sah oleh pemerintah sebagai Mobnas. Namun dalam perjalanannya, tidak berlaku seperti itu. Dalam hal teknologi, Suhari menjelaskan, sangat susah bagi negara berkembang seperti Indonesia menghadirkan inovasi teknologi mobil terbaru. Karenanya perlu dilakukan kerja sama dengan beberapa produsen otomotif untuk awal mula pengembangan teknologi industri otomotif. Seperti yang dilakukan Proton dengan menggandeng Mitsubishi ketika didirikannya di tahun 1983.

Faktanya pengembangan Mobnas oleh pemerintah Indonesia, tidak pernah konsisten untuk mempertahankannya. Beberapa Mobnas yang sempat tenar pun, akhirnya harus rela terhenti akibat kebijakan politik atau keadaan ekonomi yang tidak kondusif. Bila melihat satu setengah dekade kebelakang. Indonesia memang pernah memiliki konsep Mobnas. Karena itu diperlukan lebih banyak pimpinan daerah yang rela mendukung-berkembangnya mobnas, seperti yang dilakukan Pemprov Sulawesi Selatan.

cO3 ed txdramnanta

Sumber: Republika Online (http://www.koran.republika.co.id)

Rabu, 26 Oktober 2011

Mobil Tawon Sanggup Tempuh Banten-Sby 19 Jam

Surabaya - Mungkin benar bahwa kita harus cinta produksi dalam negeri. Kalau bukan kita, siapa lagi. Seperti karya otomotif milik warga Rangkas Bitung, Lebak, Banten.

Mobil Tawon yang juga dirakit bareng siswa SMK Setia Budi pada tahun 2009 kini telah mampu menempuh Banten-Surabaya selama 19 jam non stop.

"Ini adalah test drive sebelum mobil ini dilaunching ke pasar. Dan ternyata dari Rangkas Bitung ke Surabaya tanpa trouble," kata Koentjoro Njoto, Owner sekaligus Desainer mobil Tawon yang ditemui di acara INAPA (Indonesia International Auto Part Accesories and Equip) di Grand City, Jalan Walikota Mustajab, Surabaya, Kamis (20/10/2011).

Semua onderdil dan manufaktur mobil Tawon berasal dari Indonesia. Sedangkan untuk mesin didatangkan dari China. Tapi, ke depannya di tahun 2014 nanti semuanya akan diproses di Indonesia.

Mobil Tawon ini tersedia 2 Varian yakni Minibus dan Bestel Wagon. Varian Bestel Wagon rencananya akan digunakan sebagai pengganti mobil angguna.

"Yang Bestel Wagon sengaja body-nya dimiripkan layaknya angguna yang dapat memuat penumpang bahkan barang berat," terangnya.

Pabrik mobil yang sudah berdiri sejak 7 tahun lalu ini memproduksi mobil Tawon dengan Kapasitas produksi 40 unit per bulan. Ketangguhan mobil Tawon ini ditopang dengan sistim suspensi depan menggunakan Ferguson dan suspensi belakang dengan pegas daun. Sedangkan sistem injeksi bahan bakar masih menggunakan Karburator.

"Mobil ini bisa berbahan bakar Gas, Bio Ethanol dan Bensin," terangnya.

'Gerobak besi' yang mampu melaju dengan kecepatan maksimal 90 Km per jam dengan putaran maksimal 5300 Rpm ini boleh dibilang irit. Sebab, saat test Drive dari Rangkas Bitung-Surabaya ini terbukti 1 liter bensin mampu menempuh jarak 25 Km.

Melihat pertumbuhan pasar otomotif dalam negeri, mobil Tawon ini akan memproduksi jenis mobil bermesin diesel. "Dalam waktu dekat akan hadir mobil Tawon dengan mesin diesel berkapasitas 800 CC. Untuk saat ini masih 2 Varian itu," tuturnya.

Untuk harga, sangatlah pas bagi mereka yang ingin memiliki mobil. Dari 2 varian itu dibandrol dengan harga Rp 50 Juta hingga Rp 70 Juta.

"Harga tersebut sudah On The Road," pungkas Kuntjoro.

Norma Anggara - detikSurabaya (nrm/fat)

Sabtu, 22 Oktober 2011

Fin Komodo Teknologi, Perusahaan Minimalis Yang Kaya Akan Teknologi

Cimahi – Namanya mungkin masih asing, Fin Komodo Teknologi. Tapi siapa sangka perusahaan yang berdiri sejak tahun 2005 di Cimahi Jawa Barat ini, telah memproduksi model sejenis Cruiser yang dimulai tahun 2006?

PT. Fin Komodo Teknologi adalah Perusahaan Swasta Nasional yang bergerak di bidang Rekayasa dan Teknologi, yang telah berpengalaman di bidang desain serta Analisis Pesawat Terbang, Otomotif, Simulator, dan Integrasi Sistim Simulator.

Perusahaan yang di bangun dengan luas lahan workshop untuk desain office dan manufacturing menempati lahan 1000 meter persegi, yang di lengkapi dengan peralatan workshop dan software desain serta analisis berstandar Industri Dunia.

Fin Komodo Produk Nasional karya anak bangsa yang di rancang oleh 5 insinyur Indonesia yang telah berpengalaman, serta 17 Teknisi tenaga ahli ini, di bawah pimpinan Ir. H. Ibnu Susilo selaku President Director.

Nah, akhir pekan lalu, Otomotifnet.com kesampaian mengunjungi pabrik Komodo di Cimahi, Jawa Barat. Sebuah pabrik yang minimalis, meski semua kebutuhan untuk membuat sebuah mobil rasanya sudah lebih dari cukup memenuhi.

Gudang Spare part, tempat perakitan dan pengecatan, laboratorium riset dan development, semua terdapat di satu atap, sehingga semua proses produksi KOmodo cukup dilakukan di satu tempat itu saja.

"Dalam mendapatkan Sparepart Fin Komodo, tidak perlu mencari keluar negri, di Indonesia pun sudah tersedia apa yang di perlukan untuk membuat Fin Komodo ini, karena kita memang mengarahkannya demikian," ujar Ir. H. Ibnu Susilo selaku President Director Fin Komodo Teknologi.

Sejauh ini, Fin Komodo ini sudah di kirim ke beberapa kota seperti Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi dan Papua, dalam sebulan mobil yang sudah terjual  sekitar 8 sampai 10 unit. (mobil.otomotifnet.com)

Senin, 10 Oktober 2011

Dewa Yuniardi: Mobnas Bermain di Segmen Bawah

Jurnal Nasional | Sabtu, 8 Oct 2011
Darma Ismayanto
Mobil Nasional melalui AsiaNusa fokus pada pasar yang tidak digarap pabrikan luar negeri.

Belakangan pabrikan-pabrikan otomotif asal negeri luar begitu gencar menyerbu pasar otomotif Indonesia dengan berbagai macam produknya. Mulai dari kelas premium sampai kelas standar. Bukan hanya sekadar merilis produk-produk terbaru, mereka juga semakin gencar mengembangkan sayap bisnisnya dengan menanamkan investasinya di Indonesia.

General Motors misalnya, saat ini tengah mengembangkan dan menghidupkan kembali pabriknya di Bekasi. Rencananya Indonesia akan dijadikan basis produksi mobil multi fungsi murah Chevrolet PM7 di wilayah Asia Tenggara. Tak tanggung-tanggung, pabrikan asal Amerika Serikat ini menggelontorkan Rp1,2 triliun.

Daihatsu Motor Co. berinvestasi 20 miliar yen atau sekitar Rp2,1 triliun untuk meningkatkan kapasitas produksi mobil di pabrik Karawang, Jawa Barat. Seperti dikutip Nikkei, pabrik ini nantinya akan menjadi basis produksi mobil murah seharga Rp85-95 juta. Kabar yang beredar menyebutkan bahwa mobil A-Concept yang diperkenalkan pada Indonesia International Motor Show 2011 lalu, merupakan cikal bakal mobil murah ini. Seakan tak mau ketingglan, pabrikan mobil asal India, Tata Motors juga dikabarkan tengah menjajaki pembangunan pabrik mobil supermurah di Indonesia.

Di tengah euforia pabrikan asing menggarap pasar di Tanah Air, lalu bagaimana dengan nasib mobil nasional (mobnas) yang belakangan sebenarnya sedikit agak mulai menggeliat di bawah bendera AsiaNusa sebagai asosiasi wadah mereka membangun diri bersama. Saat ini AsiaNusa dikelola oleh beberapa produsen mobil nasional, antara lain Tawon, Wakaba, Fin (Komodo), Arina, Gea, dan ITM. Untuk mengetahu lebih jauh Darma Ismayanto dari Jurnal Nasional mewawancarai Dewa Yuniardi, Ketua Bidang Marketing dan Komunikasi AsiaNusa seputar kondisi dan kiprah mobnas saat ini. Berikut petikannya:

Apa kendala yang ditemui dalam memasarkan di Indonesia?

Sebetulnya kalau boleh dibilang tidak ada kendala ya. Jadi memang tidak semua orang itu kami jadikan target market. Artinya kami mencari ceruk pasar yang selama ini tidak digarap pabrikan luar negeri. Mobnas kami ini masuk ke pedesaan-pedesaan, mengambil segmen angkutan perdesaan seperti taksi-taksi rakyat yang tanpa argo itu. Jadi pangsa pasar yang dibidik memang berbeda.

Apa line-up mobnas yang akan segera diproduksi dan dipasarkan dalam waktu dekat?

Untuk pasarnya sendiri sudah siap tinggal tunggu produksi saja. Saat ini Tawon sudah mulai jalan produksinya jadi kami tinggal mengantar saja. Untuk GEA sendiri masih prepare line produksinya dan masih menunggu kebijakan seputar mobil murah dari pemerintah apakah benar akan diserahkan ke GEA atau tidak.

Tawon sendiri sebenarnya saat ini sudah banyak, pelat hitam. Tapi untuk di secara jual ritel belum, karena infrastrutur after salesnya belum terbangun. Saat ini kami jual ke grup, misalnya kami jual ke grup angkutan koperasi, begitu. Kalau itu kan kami gampang membangun infrastruktur aftersales-nya, jual mobil kalau tidak ada aftersales-nya cepat "habisnya" Mas.

Saat ini untuk Tawon sudah dipasarkan di mana saja?

Saat ini Tawon sudah dipasarkan di Banten, artinya pemasaran kita itu kan per grup kita kerja sama dengan koperasi angkutan. Nantinya akan menjadi seperti halnya taksi-taksi rakyat tanpa argo yang murah di mana tarifnya bisa tawar-menawar. Tawon target marketnya diarahkan ke sana.

Tawon sendiri kita banderol di kisaran harga Rp 50-70 juta. Untuk variannya sendiri Tawon ada tiga yang pertama itu tipe city car, ke dua itu Metro Tawon untuk angkutan penumpang dan barang, ke tiga transformer. Untuk varian lainnya akan segera menyusul, Tawon sudah banyak melakukan pengembangan produk.

Respons pasar terhadap produk-produk mobnas?

Respons pasar saat ini sangat baik. Ya itu, karena segmen pasar yang kita garap berbeda dengan pabrikan lain.

Program dari mobnas sendiri dalam penetrasi pasar otomotif?

Penetrasi pasar kalau dengan positioning sekarang sudah benar, kami dengan posisi saat ini di mana tidak berbenturan di pasar dengan produk otomotif yang sudah ada dengan tetap bermain di segmen di bawah 1000cc saya rasa sudah tepat.

Sekarang yang sedang disasar bagaimana cara meminimalkan biaya produksi. Kami sedang berencana membangun platform bersama, beberapa komponen dibuat bersama, sehingga dari komponen-komponen itu kita bisa membikin mass product. Itu kemungkinan besar akan kami gulirkan kalau GEA memang benar akan dilibatkan program mobil murah dari pemerintah. Saat ini masih belum jelas apakah GEA atau mobil yang lain.

Tanggapan Anda terkait program mobil murah dari pemerintah dan apakah mobnas dilibatkan?

Wacana itu kan sudah lama ya, tapi sampai saat ini belum jelas perwujudannya. Kalau kami menunggu terus lama-lama kami terbawa arus jadinya nanti kami tidak jalan-jalan, akhirnya beberapa produsen di bawah kami (AisaNusa) memutuskan untuk membuat saja lalu dipasarkan. Beberapa dari kami juga sudah pegang pasarnya. Ya GEA itu, tapi apakah benar GEA akan dilibatkan kami masih menunggu.

Bila mengikuti pameran bagaimana respons masyarakat umum terhadap mobnas?

Baik, untuk segmen masyarakat yang kami bidik banyak yang tertarik untuk membeli. Tapi seperti saya bilang, kami belum bisa melayani untuk ritel karena belum infrastruktur after sales-nya belum terbangun.

Sumber:  http://nasional.jurnas.com/halaman/8/2011-10-08/184776