Selasa, 31 Mei 2011

Asianusa di Pameran Industri Permesinan dan Alat Transportasi 2011


Dalam rangka memperkenalkan produk-produk Industri Permesinan dan Alat Transportasi, Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian akan menyelenggarakan Pameran yang akan diikuti oleh ASIANUSA, diadakan:

Hari/Tanggal : Rabu, 21 - 24 Juni 2011

Jam : 09.00 sd 18.00

Tempat : Plasa Pameran Industri - Gedung Kementrian Perindustrian

Pameran ini bertemakan " MENINGKATKAN DAYA SAING INDUSTRI ALAT TRANSPORTASI DAN PERMESINAN UNTUK MENGHADAPI FREE TRADE AREA (AFTA)"....


Fin Komodo Offroad
AG - Tawon Transformer
Tawon - Pemadam kebakaran Mini
GEA

Senin, 30 Mei 2011

Asianusa di Pameran IIMS 2011 - The 19th Indonesia International Motor Show

Asianusa akan ikut dalam pameran IIMS 2011 di JiExpo - Kemayoran - Jakarta

Tema: "Sustainable Green Technology"

Tempat Pelaksanaan
Jakarta International Expo (JIExpo) - Hall C4
Kemayoran, Jakarta 10620, Indonesia
Phone : +62 21 – 2664 5265
Fax : +62 21 – 2664 5555
Website : http://www.jie.com

Waktu
Upacara Pembukaan  22 Juli 2011:  09.00 WIB*
Press Day 22 Juli 2011: 10.00 –17.00 WIB*

Umum 23 – 31 Juli 2011

Weekday (Senin-kamis): 11.00 – 21.00 WIB
Weekend (Jumat-Minggu): 10.00 – 21.00 WIB

*) Dalam konfirmasi

Penyelenggara
GAIKINDO (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia – Association of Indonesian
Automotive Industries)
Jl. Teuku Cik Ditiro 1 No. 11 DEF
Menteng Jakarta Pusat 10350
Phone : 021-3157178
Fax : 021-3142100
Email : gaikindo@cbn.net.id
Website : http://www.gaikindo.or.id/ 

Pelaksana
PT Dyandra Promosindo
The City Tower 7th Floor
Jl. MH.Thamrin No.81 Jakarta Pusat 10310 Indonesia
Phone. : +62 21 – 3199 6077
Fax. : +62 21 - 3199 6277
Website : http://www.dyandra.com

Website: http://www.indonesianmotorshow.com

Tiket Masuk
Pameran ini terbuka untuk umum dengan harga tiket per orang per kunjungan sebagai berikut :
  • Senin s.d. Kamis (weekday)   : Rp 20.000 (Dua puluh ribu rupiah)
  • Jumat s.d. Minggu (weekend) : Rp 30.000 (Tiga puluh ribu rupiah)
Bebas biaya masuk untuk :
  • Anak-anak usia dibawah 5 tahun
  • Lansia usia diatas 65 tahun

Denah Lokasi Pameran Asianusa di IIMS 2011

Senin, 30 Mei 2011 18:07 WIB - IIMS 2011

Mobil Nasional Tidak Dianak Tirikan di IIMS 2011


Jakarta - Mobil nasional dipastikan akan ikut serta dalam helatan Indonesia International Motor Show tahun ini. Panitia penyelenggara Dyandra Promosindo pun mengatakan, mobil nasional tidak akan dianak tirikan.

"Mereka bakal tetap mendapat tempat dan lokasi yang layak, jadi meskipun di hall C kebanyakan aksesoris dan spare part, tapi mereka disediakan booth khusus kok, tidak standar," ujar Public Relation Dyandra Promosindo, Diah Putri Wulandari.

Booth khusus tersebut, lanjut Putri memaparkan, dimana dari segi desain dan ukuran tidak akan sama dengan booth lainnya di Hall C. "Kita sediakan desain khusus, pokoknya pasti berbeda dengan booth lainnya," ungkapnya.

Selain itu, pada IIMS 2011 ini, panitia penyelenggara mengatakan sudah menyiapkan tempat tests drive bagi para pengunjung yang ingin menjajal mobil nasional di lokasi IIMS 2011.

"Selain bisa mencoba mobil-mobil lain, para pengunjung juga bisa mencoba mobil-mobil nasional tersebut, itu fasilitas baru dari kami untuk mobil nasional di IIMS tahun ini," ujar Putri.

Jadi, tambahnya, tidak benar anggapan kalau mobil nasional dianak tirikan, meskipun lokasi booth yang berada di hall C, kebanyakan diisi oleh booth aksesoris dan spare part. (mobil.otomotifnet.com) - http://mobil.otomotifnet.com/read/2011/05/30/319851/178/1/Mobil-Nasional-Tidak-Dianak-Tirikan-di-IIMS-2011

Kamis, 26 Mei 2011

Produsen Mobnas Tolak Insentif Pemerintah

Jumat, 27/05/2011 11:42 WIB 
Syubhan Akib - detikOto

Jakarta - Bila sebelumnya ATPM terus menunggu realisasi program mobil murah dengan mengharapkan insentif dari pemerintah bagi yang ikut program ini, sekumpulan pembuat mobil nasional malah dengan tegas tidak mau meminta insentif pemerintah itu.

Sekelompok pembuat mobil nasional yang tergabung dalam Asosiasi Industri Automotif Nusantara (Asia Nusa) menegaskan mereka tidak akan seperti pabrikan mobil asing yang terkesan meminta-minta diberi insentif dari pemerintah Indonesia.

Asia Nusa melalui Ketua Bidang Marketing / Komunikasi Dewa Yuniardi menjelaskan kalau masih banyak cara untuk membuat mobil berharga murah tapi dengan kualitas yang bagus tanpa perlu menjadi pengemis.

Dewa pun mengecam bila memang program ini nantinya akan memberikan insentif ke perusahaan asing. Sebab bila diberi insentif itu sama saja menghamburkan uang untuk dibawa ke negara orang. Sebab mobil bermerek asing tentu akan membawa sebagian pendapatannya ke negara asal.

"Sikap Asia Nusa adalah tidak usah ada insentif untuk mobil murah karena harga kami sudah murah. Jadi pemerintah tidak kehilangan pendapatan karena harus kasih insentif ke mobil murah. Pemerintah tidak akan kehilangan devisa keluar. Bayangkan kalau program mobil murah jalan, pasti akan laku keras, lalu berapa devisa negara yang akan terbang keluar?," papar Dewa.

"Lebih baik daripada uang pemerintah habis untuk kasi insentif mobil murah, sebaiknya siapkan aja infrastruktur stasiun BBG dan Asia Nusa siap dengan teknologi BBG. Asia Nusa memberikan solusi ke pemerintah, bukan menuntut pemberian fasilitas-fasilitas insentif," tukasnya.

Saat ini Asia Nusa menurut Dewa memiliki mobil-mobil nasional seperti Tawon, Gea, Komodo dan lainnya. Banderol harga mobil nasional ini pun cenderung sangat murah. "Kami bertahan di maksimum Rp 60 juta," tandasnya.

Harga itu tentu masih jauh dibawah batas harga maksimal yang ingin ditetapkan pemerintah untuk program mobil murah yakni Rp 75-80 jutaan. Dalam program tersebut, setiap pabrikan yang mampu mencapai harga tersebut dengan ketentuan-ketentuan spesifikasi lain yang ditetapkan pemerintah nanti akan diberi insentif.

Tapi menurut Dewa, insentif itu tidak perlu diberikan. Asia Nusa menurut Dewa sudah menemukan cara paling mudah untuk menekan harga jual kendaraan, yakni dengan berbagi platform dan komponen hingga mesin sesama anggota Asia Nusa.

"Sehingga harga bisa lebih rendah lagi, penyediaan komponen terjamin, ‎​mutu lebih bagus. ‎​Dan yang lebih penting lagi, Asia Nusa tidak perlu d​ikasih insentif-insentif-an seperti yang diminta oleh mobil merek luar, sehingga pendapatan pemerintah tidak berkurang," pungkasnya. ( ddn / ddn )

Sumber:
http://oto.detik.com/read/2011/05/27/114202/1648402/648/produsen-mobnas-tolak-insentif-pemerintah?o991101638

Tambahan dari ASIA NUSA:

ASIA NUSA berencana untuk membangun kerjasama antar anggota ASIA NUSA,  dengan melaksanakan beberapa hal, seperti:
  1. Pembuatan "Platform Sharing" production and assembly line, karena beberapa microcar produksi anggota ASIA NUSA mempunyai platform yang sama.
  2. Pembuatan "Component Sharing" production,  karena beberapa komponen tertentu (seperti kampas rem dll), dapat digunakan bersama-sama oleh anggota ASIA NUSA.
  3. Pembuatan "Engine Sharing" production and assembly line, yang engine nya akan digunakan oleh para anggota ASIA NUSA.
  4. Mengadakan gerakan "Product Designer Community", yaitu Sharing dengan masyarakat Indonesia dalam rangka melibatkan seluruh rakyat Indonesia dalam mewujudkan impian "Bangsa Indonesia Mampu Membuat Kendaraan Sendiri".
  5. Dan masih banyak lagi yang nanti akan di "Roadmap"kan oleh ASIA NUSA.
Hal tersebut dilakukan dalam upaya menjaga kualitas produk, jangkauan dan kemudahan perawatan suku cadang, serta harga akan lebih murah, tanpa harus mengandalkan pada insentif dari pemerintah, agar pemerintah tidak pusing untuk membuat kebijakan pemberian insentif dalam rangka menjalankan program mobil murah, seperti yang sedang di canangkan saat ini, dan apabila program Asia Nusa tersebut bisa berjalan, maka Insya Allah Indonesia tidak akan banyak kehilangan rupiah maupun devisa yang lari keluar negeri, perhitungannya kira2 begini: jika mobil murah menggunakan prinsipal luar maka kira2 70% devisa akan lari keluar negeri, jika menggunakan prinsipal lokal maka kira2 20% devisa yang terbang keluar negeri. ....

Ini Dia Mobil Nasional Dalam Berbagai Bentuk dan Fungsi

Kamis, 26 Mei 2011 12:02 WIB
Mobil Nasional


Jakarta – Mobil Nasional (Mobnas) siap menggeliat. Optimisme itulah yang terpancar dari Asosiasi Industri Automotif Nusantara (Asia Nusa) yang kali ini menampilkan mobil micro Gea dan Tawon dalam wujud mobil serba guna dan niaga pada ajang IndoAutomotive di Jakarta pekan ini.

“Ya, kami mencoba memasuki segmen yang belum terjamah oleh pabrikan mobil lain saat ini. Untuk itu kami mengenalkan mobil GEA dalam sosok patroli polisi, serta Tawon dalam bentuk mobil pemadam kebakaran dan mobil serbaguna,” jelas Dewa Yuniardi, Ketua Bidang Marketing dan Komunikasi Asianusa.

Menurutnya, baik GEA yang dibuat di Madiun dan Tawon yang diproduksi di Rangkas Bitung siap diproduksi di bulan Juli mendatang. “Pada awal produksi kami siap membuat 50 unit mobil perbulan,” tambah Dewa.

Sedangkan wilayah pemasaran, Dewa mengakui jika penjualan mobnas memang lebih fokus ke daerah bukan di kota besar. “pasalnya di kota besar, pasarnya telah terisi mobil lain sehingga kami coba sasar daerah.”

Pria ramah ini menambahkan, “Bahkan di Surabaya, mobil Tawon telah terpilih sebagai angkutan mikro seperti Bajaj di Jakarta,” bangganya.

Rencananya, baik GEA maupun Tawon yang sama-sama memiliki spek mesin 650 cc ini akan dilepas sekitar Rp 50 juta off the road. (mobil.otomotifnet.com) 

http://ototest.otomotifnet.com/read/2011/05/26/319685/178/1/Ini-Dia-Mobil-Nasional-Dalam-Berbagai-Bentuk-dan-Fungsi

National Cars to be Produced this July

Thursday, 26 May, 2011 | 14:45 WIB

TEMPO Interactive, Jakarta:National car producers are ready to produce passenger cars as of this July. “We will produce 50 units for each segment,” Dewa Yuniardi, head of communications at the Automotive Nusantara Industry Association (Asia Nusa), said in Jakarta yesterday.

The two cars produced, the Metro Tawon and Gea, will be sold for Rp50 million. Dewa assured that all components used would be locally made. “Except for the engine, which is from China,” he said. Asia Nusa also plans to design a business car called the Komodo. “We sold 50 units last year,” he said.

The Tawon model is being targeted at the fire brigade as it will be suitable for roads in remote areas. “The target is one car in one sub district,” he said. The maximum capacity for all the segments is 600 units.

Supriyanto, the Industry Ministry’s land transportation equipment industry director, said Indonesia should start designing cars within the next five to 10 years. “So far, cars are designed in other countries but are assembled in Indonesia,” he said.

Supriyanto said that in order to encourage design development, especially in the automotive industry, the government would provide incentives. “This will include incentives to develop human resources as well as research and technology,” he said.

Early last May, deputy Coordinating Minister for the Economy in charge of industry and trade, Edy Putra Irawady, said Indonesia targeted the production of 1,000 cheap cars by 2012. These cars include cluster IV and low cost vehicles. The production will be handled by PT INKA or through a joint venture.

EKA UTAMI ARPILIA

Mobnas Tawon dan GEA di IndoAutomotive 2011

Ag-Tawon Pemadam Kebakaran Mini dan Metro - Tawon

JAKARTA (DP) — Di antara riuhnya pameran komponen, suku cadang, dan aksesori otomotif di IndoAutomotive 2011 (25-28 Mei) di JIExpo, hadir mobil racikan nasional atau mobnas yakni Tawon dan GEA.

PT Tawon Mobil Industri  menampilkan Tawon Transformer pick-up serta Metro Tawon angling (angkutan lingkungan). Tawon Mobil Industri bermarkas di Rangkasbitung, Lebak, Banten.

Keduanya dirancang untuk transportasi alternatif di pedesaan. Khusus Transformer sebagai alat angkut hasil pertanian. Dengan dimensinya yang kecil bisa melintas di jalanan yang sempit.

Sedangkan Metro Tawon diciptakan sebagai angkutan lingkungan untuk masyarakat. Transformer dijual dengan harga Rp 52 juta dan Metro Tawon Rp 48 Juta (OFR-Jakarta).

Tawon dibekali denagn mesin 2-silinder berkapasitas 644 cc yang mampu menghasilkan tenaga 27 hp pada 5.300 rpm serta torsi 49 Nm pada 2.700-3.300 rpm.

Satu lagi yang menarik adalah GEA, sebuah city car yang dikembangkan oleh PT INKA Madiun ini didesain sebagai mobil patroli polisi dengan tulisan Polmas (Polisi masyarakat). Dengan kelir khas mobil patroli polisi abu-abu.

GEA memiliki spesifikasi mesin berkapasitas 650 cc, dan berkecepatan 85 km/jam. Harga yang ditawarkan sekitar Rp 40 jutaan. [dp/Wyu ]
http://www.dapurpacu.com/mobil-nasional-tawon-dan-gea-di-indoautomotive-2011/

GEA- Mobil Polisi
AG-Tawon
AG-Tawon
GEA- Mobil Polisi

Rabu, 25 Mei 2011

Mobil Nasional Siap Rambah Pasar Lokal Juli 2011

Posting date 25-05-2011

Jakarta (25/5) - Asosiasi Industri Automotive Nusantara (Asia Nusa) mentargetkan produksi 50 unit per bulan pada Juli 2011 untuk setiap tipe mobil nasional yang di produksi. Hal tersebut diungkapkan Ketua Bidang Pemasaran dan Komunikasi, Dewa Yuniardi di sela-sela pameran IndoAutomotive 2011.

"Kami sudah siap memproduksi beberapa tipe mobil nasional, seperti Tawon, Metro Tawon, dan Gea, serta Komodo yang memang sudah ada pasarnya," tukas Dewa kepada para wartawan.

Sebagaimana masyarakat belum banyak ketahui, Indonesia telah mampu memproduksi mobil sendiri. Salah satunya adalah apa yang dikembangkan oleh Asia Nusa.Bila pada 2010 hanya Tawon dan Komodo yang hadir dalam pameran IndoAutomotive, sekarang asosiasi tersebut memberikan pilihan varian lain. Dengan harga berkisar Rp 50 juta, mobil nasional nantinya diharapkan memiliki pasar sendiri.

"Kami hendak merambah pasar yang belum terjamah. Untuk sementara, mobil nasional diperuntukan untuk daerah-daerah kecil di Indonesia," tambah Dewa. Dirinya meyakini kalau kemunculan mobil nasional akan menjadi alternatif baru mobil angkutan di daerah-daerah. Apalagi ukuran mobilnya tak terlalu besar sehingga mampu menjangkau jalan-jalan sempit diperkotaan.

Mobil nasional memang sengaja diciptakan sebagai micro car dengan kapasitas di bawah 1.000 cc. Tapi, kendaraan tersebut tak melupakan fungsinya. Kedepan nanti, mobil-mobil tersebut ditargetkan menjadi angkutan bagi polisi, pemadam kebakaran, dan pengangkut barang untuk pasar.

Mobil Rp 50 Juta Diproduksi Massal Mulai Juli

Rabu, 25 Mei 2011 | 17:48 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Produsen mobil nasional siap memproduksi kendaraan penumpang mulai Juli mendatang. Mobil penumpang yang diproduksi itu dinamai Metro Tawon dan Gea.

"Kami akan memproduksi 50 unit untuk masing-masing tipe," kata Ketua Bidang Pemasaran dan Komunikasi, Asosiasi Industri Automotive Nusantara (Asia Nusa), Dewa Yuniardi, di sela-sela pameran IndoAutomotive 2011, Rabu 25 Mei 2011.

Kedua mobil penumpang tersebut masing-masing seharga Rp 50 juta. "Pasar mobil ini adalah konsumen yang sebelumnya menjadi pengguna mobil," ujarnya. Semua komponen berasal dari dalam negeri, kecuali mesinnya yang berasal dari Cina.

Selain mobil penumpang, Asia Nusa juga merancang mobil niaga lain, yaitu Komodo. "Sudah terjual 50 unit tahun lalu," ujarnya.
Tawon dirancang untuk korps pemadam kebakaran. Mobil ini diharapkan bisa menembus daerah pedalaman. Dewa mengaku memang belum memprediksi besaran pasar mobil Tawon.

"Namun, kami melihat peluangnya ada. Targetnya, satu kecamatan, satu mobil," ujarnya.
Produksi masih bisa terus ditingkatkan. Sebab, kapasitas maksimum untuk seluruh tipe sebesar 600 unit.

Direktur Industri Alat Transportasi Darat Kementerian Perindustrian, Supriyanto, menargetkan Indonesia bisa memproduksi teknik dan desain mobil sendiri dalam 5 sampai 10 tahun ke depan.

"Sebab, selama ini, desain dilakukan di negara produsen, di Indonesia tinggal dirakit," katanya.

Untuk mendorong pengembangan desain di Indonesia, pemerintah akan memberikan beberapa insentif. Di antaranya insentif untuk pengembangan sumber daya manusia serta riset dan teknologi.

EKA UTAMI APRILIA - http://www.tempointeraktif.com/hg/bisnis/2011/05/25/brk,20110525-336753,id.html

Pemerintah Janji Muluskan Langkah Mobnas

Syubhan Akib - detikOto

Direktur IATDK Perindustrian naik Mobnas GEA
Jakarta - Perjalanan lahirnya sebuah mobil nasional saat ini tidak bisa dibilang mulus. Banyak aral-melintang yang menghalangi kelahiran mobil asli buatan Indonesia. Dan untuk memuluskannya, pemerintah pun berjanji untuk membantu proses persalinan itu.

Pemerintah melalui Direktur Industri Alat Transportasi Darat Kementerian Perindustrian Supriyanto mengatakan akan membantu dengan segala upaya agar mobil nasional bisa diproduksi.

"Kami tentu akan bantu," ujarnya ketika mengunjungi stand Asosiasi Industri Automotive Nusantara (Asia Nusa) di ajang IndoAutomotive di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Rabu (25/5/2011).

Di stand tersebut Supriyanto tampak sangat antusias melihat 3 unit mobil nasional yang dipamerkan. Mulai dari dua unit Tawon dan satu unit GEA. Disitu, Supriyanto tampak dengan jeli memperhatikan ketiga mobil buatan anak bangsa tersebut.

Bahkan Supriyanto yang tadi mengenakan batik lengan panjang ini sempat masuk dan menduduki jok pengemudi Tawon dan GEA.

"Kita akan bantu, bila itu memang akan mengembangkan pasar kita. Caranya mungkin bisa dibicarakan lagi. Bisa dengan kemudahan mengurus izin, pajak, dan lain-lain," tandasnya.

Seperti diketahui, Tawon dan GEA merupakan dua dari beberapa mobil nasional yang ada dan memiliki potensi sangat besar namun belum tergarap dengan baik.

Kedua mobil ini menggunakan mesin 650 cc yang irit bahan bakar dan kalau dijual harganya akan sangat murah. Bahkan harganya tidak sampai setengah dari harga jual mobil penumpang merek Jepang.

( ddn / ddn ) - http://oto.detik.com/read/2011/05/25/180459/1647092/648/pemerintah-janji-muluskan-langkah-mobnas?881104638

Jumat, 20 Mei 2011

Mobnas Microcar Asia Nusa yang akan tampil di Pameran Indo Automotive 2011

Tanggal 25 Mei 2011,  Pameran Indo Automotive 2011 yang diselenggarakan oleh WAKENI (PT Wahana Kemalaniaga Makmur) akan digelar, Asia Nusa akan menampilkan beberapa produk yaitu: 

I. Mobnas AG-Tawon: Kali ini Mobnas AG-Tawon akan tampil beda dibandingkan dengan pada pameran-pameran sebelumnya, di pameran sebelumnya AG-Tawon selalu menampilkan mobil City Car, pada pameran nanti AG-Tawon akan menampilkan produk inovasinya, yaitu:
  1. METRO - AG-Tawon: sebuah kendaran mini untuk angkutan penumpang dan barang, pengembangan dari platform AG-Tawon City Car, yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan transportasi masyarakat baik di desa maupun perkotaan.
  2. Pemadam Kebakaran Mini - AG-Tawon: sebuah kendaran pemadam kebakaran mini, pengembangan dari platform AG-Tawon Transformer, yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan perlindungan kebakaran (fire safety) yang mampu menerobos jalan-jalan kecil sehingga mobil pemadam kebakaran dapat menembus ke pelosok-pelosok yang sulit dijangkau.2.  
II. Mobnas GEA:  GEA akan menampilkan kendaraan kompak dan lincah yang digunakan untuk keperluan Patroli Kepolisian Republik Indonesia, terutama yang berada di kota besar dan di kota-kota lain saat ini masih menggunakan mobil buatan produsen asing yang cukup sulit menjangkau gang-gang kecil yang sering ditemui di kota-kota besar di Indonesia. GEA versi polisi ini diproduksi oleh PT Inka yang merupakan hasil kolaborasi antara PT Inka dengan Kementerian Ristek dan Polri melalui Puslitbang Polri. Jadi bisa dibilang ini adalah mobil yang dibuat sendiri oleh Polri. Ini adalah penampilan kedua dari Mobil GEA versi polisi.

Terobosan ini dilakukan dalam upaya Asia Nusa memasuki pasar-pasar baru yang saat ini belum banyak digarap oleh mobil merk lain yang sudah eksis di Indonesia.

Dalam rangka menjalankan strategi tersebut, ASIA NUSA berencana untuk membangun kerjasama antar anggota ASIA NUSA,  dengan melaksanakan beberapa hal, seperti:
  1. Pembuatan "Platform Sharing" production and assembly line, karena beberapa microcar produksi anggota ASIA NUSA mempunyai platform yang sama.
  2. Pembuatan "Component Sharing" production,  karena beberapa komponen tertentu (seperti kampas rem dll), dapat digunakan bersama-sama oleh anggota ASIA NUSA.
  3. Pembuatan "Engine Sharing" production and assembly line, yang engine nya akan digunakan oleh para anggota ASIA NUSA.
  4. Mengadakan gerakan "Product Designer Community", yaitu Sharing dengan masyarakat Indonesia dalam rangka melibatkan seluruh rakyat Indonesia dalam mewujudkan impian "Bangsa Indonesia Mampu Membuat Kendaraan Sendiri".
  5. Dan masih banyak lagi yang nanti akan di "Roadmap"kan oleh ASIA NUSA.
Hal tersebut dilakukan dalam upaya menjaga kualitas produk, jangkauan dan kemudahan perawatan suku cadang, serta harga akan lebih murah, tanpa harus mengandalkan pada insentif dari pemerintah, agar pemerintah tidak pusing untuk membuat kebijakan pemberian insentif dalam rangka menjalankan program mobil murah, seperti yang sedang di canangkan saat ini, dan apabila program Asia Nusa tersebut bisa berjalan, maka Insya Allah Indonesia tidak akan banyak kehilangan rupiah maupun devisa yang lari keluar negeri.

Penasaran ingin melihat mobil-mobil microcar ASIA NUSA yang akan ditampilan? Silahkan datang pada acara  Pameran Indo Automotive 2011, yang akan diselenggarakan pada: 

Tanggal : 25 sd 28 Mei 2011
Jam      : 10.00 sd 19.00
Tempat : Jakarta International Expo - Hall D - Kemayoran - Jakarta

Pameran ini terbuka untuk Umum dan "Free of Charge"

Semoga semuanya membawa hikmah bagi Asia Nusa ....

Salam ASIA NUSA !

Dewa Yuniardi
Ketua Bidang Pemasaran / Hubungan


Kamis, 19 Mei 2011

Lomba Desain Mobil Murah ala Pemerintah

Membaca berita di detikOto.com kemarin tanggal 18/5/2011, yang berjudul  : Ayo, Ikut Lomba Desain Mobil Murah ala Pemerintah, timbul pertanyaan, ada apa lagi nih pemerintah ya ? Baru saja member Asia Nusa, yaitu mobnas AG-Tawon mengadakan lomba desain asesories yang dilaksanakan secara sederhana, kali ini pemerintah dengan menggandeng produk luar berencana untuk mengadakan Lomba Desain Mobil Murah  dalam rangka untuk merealisasikan rencana pengembangan proyek mobil murah. 

Mengapa pemerintah kok sangat menggebu2 bekerja sama dengan pihak lain merealisasikan proyek tersebut ? Apa sih untungnya proyek tersebut bagi pemerintah dan bagi bangsa Indonesia ?

Sebelumnya, Presiden SBY memang pernah mengatakan bahwa harus ada program mobil murah untuk masyarakat pedesaan dengan kisaran harga  Rp 40 juta per unit, dimana konsep mobil ini dikhususkan untuk para petani. 

Jika tujuan nya adalah seperti yang dimaksud oleh presiden SBY maka jelas akan banyak hal yang menguntungkan bagi rakyat dan bagi produsen mobnas.

Tetapi tampaknya ada kepentingan dari pihak lain yang ingin mendompleng program tersebut sehingga arah kebijakan mobil murah  menjadi tambah membingungkan, belok sana, belok sini, putar sana, putar sini dengan mengatasnamakan program mobil murah nasional sesuai dengan yang dicanangkan oleh Presiden SBY,  dan ini sudah terjadi sejak dua tahun yang lalu. Pemerintah tampaknya sangat kesulitan dalam merumuskan kebijakan untuk menjalankan program mobil murah. Ada apa dibalik semua itu ? Sesulit itukah bagi pemerintah untuk merumuskan kebijakan mobil murah ?

Semoga semuanya membawa hikmah bagi Asia Nusa ....

Salam ASIA NUSA !

Dewa Yuniardi
Ketua Bidang Pemasaran / Hubungan

Mungkinkah Mobnas Microcar Asia Nusa bisa hidup di negaranya sendiri ?

Diawali dari keprihatinan akan dominasi kendaraan produk luar negeri, walaupun sebagian diproduksi di Indonesia. Disisi lain sebenarnya SDM Indonesia memiliki kemampuan untuk memproduksi kendaraan sendiri bagi masyarakat Indonesia. Atas dasar tersebut maka sebagai anak bangsa Indonesia, beberapa pihak tergerak untuk bersama mewujudkan harapan tersebut melalui terbentuknya sebuah asosiasi yaitu ASIA NUSA (Asosiasi Industri Automotive Nusantara) yang telah dideklarasikan pada 23 Pebruari 2010 di Kantor Kementerian Perindustrian – Jakarta. ASIA NUSA singkatan dari ASOSIASI INDUSTRI AUTOMOTIF NUSANTARA dimana anggotanya terdiri dari produsen 'Micro Car' dan Mesin Penggerak di seluruh Indonesia.

Deklarasi Asia Nusa
Berdirinya Asia Nusa pada tanggal 23-Februari-2010 di Gedung Departemen Perindustrian, diawali dengan semangat dan optimisme bahwa dengan bergabungnya produsen 'Micro Car' dan Mesin Penggerak di seluruh Indonesia, kami semua yakin bahwa impian untuk memajukan otomotif nasional bisa terwujud. Kenapa  'microcar' ? .. karena kami semua menyadari bahwa segmen pasar untuk 'microcar' sat itu belum tersentuh oleh industri-industri otomotif besar yang sudah menguasai pasar di Indonesia. 

Kami menyadari bahwa kami tidak akan mampu untuk bersaing dengan mereka, sehingga kami mencari celah pasar yang kosong yang belum dimasuki oleh mereka, yaitu untuk segmentasi menengah kebawah, yaitu pengguna motor yang ingin mempunyai mobil. Selain itu menurut pemikiran kami, 'microcar' dapat menjawab penyelesaian permasalahan krisis enerji dimasa yang akan datang. Bahkan anggota Asia Nusa yaitu AG-Tawon dan GEA sudah siap dengan teknologi penggunan BBG (Bahan Bakar Gas), karena penggunaan BBG sangat mendukung program Eco Green, Eco Friendly dan juga membantu pemerintah agar tidak terlalu pusing berhitung dengan subsidi bahan bakar yang selalu diributkan apabila harga minyak dunia naik.

Dalam perjalanan nya, pada tahun 2010 Asia Nusa sudah melakukan sosialisasi ke daerah-daerah  yang di motori oleh Departemen Perindustrian dalam bentuk 'workshop' pengembangan microcar. 

Sampai disini kami merasa bahwa Asia Nusa mendapatkan dukungan dari pemerintah untuk mengembangkan industrinya, walaupun masih terbatas dalam sosialisasi melalui workshop yang diadakan oleh Departemen Perindustrian selama tahun 2010, beberapa anggota Asia Nusa bahkan dijadikan nara sumber di dalam workshop tersebut, sehingga dalam workshop tersebut nara sumber Asia Nusa melakukan bedah teknologi, bedah produksi dan bedah marketing serta berinteraksi dengan UKM terkait. 

Ditengah perjalanan mulai terdengar gaung dari Pemerintah bahwa pemerintah akan melaksanakan program mobil murah yang bekerja sama dengan beberapa pabrikan luar, disini kami mulai sedikit bingung sebenarnya apa sih yang diinginkan pemerintah.

Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian, Budi Darmadi tampak antusias melihat mobil karya anak bangsa ini. Dia bahkan coba menaikinya
Berita yang sangat menggembirakan adalah ketika Departemen perindustrian menyatakan bahwa 2 anggota Asia Nusa yaitu GEA dan AG-Tawon akan dijadikan sebagai icon untuk program Mobil Nasional di pedesaan, bahkan dalam "Pameran IIBT 2011 and Heavy Equipment Indonesia 2011", tanggal 23 sd 26 Maret 2011, Departemen Perindustrian melalui Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian, Budi Darmadi sambil menaiki AG-Tawon transformer (AG-Tawon Jenis Pick Up), sambil mengatakan kepada pers bahwa" Mobil AG-Tawon pick up akan dijadikan sebagai Mobil Nasional Ikon Pedesaan".

Kegembiraan tersebut ternyata tidak berlangsung lama, ketika kami mendengar berita-berita yang simpang siur dari pemerintah, yang terakhir adalah pernyatan dari Budi Darmadi, Direktur Jenderal Industri Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian, tentang Skema Mobil Murah dari Pemerintah, yang kelihatannya pemerintah akan menyiapkan insentif fiskal berupa pemotongan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) menjadi 5 persen (untuk mobil berkapasitas 1.000 CC kebawah) dari sebelumnya 10 persen  dan pemotongan PPNBM 2,5 persen menjadi 7,5 persen dari sebelumnya 10 persen (untuk mobil berkapasitas 1.000 sd 1.200 CC).  Serta hal yang sangat meresahkan anggota Asia Nusa adalah:

"Untuk kedua jenis mobil yang menjadi konsep low cost and green car di atas, pemerintah mewajibkan setiap merek melakukan investasi mendirikan pabrik baru berkapasitas maksimum (terpasang) 100.000 unit per tahun. Syarat ini mutlak dipenuhi setiap merek untuk mendapatkan insentif yang dijanjikan. Selain itu, pemerintah juga dikabarkan bekerja sama dengan eksekutif di daerah untuk menambah bentuk insentif terkait langsung dengan pembebanan pajak daerah: Pajak Bea Balik Nama dan Pajak Progresif."

Apakah anggota Asia Nusa mampu untuk memenuhi persyaratan tersebut ?  Jawabannya sangat jelas, pasti tidak akan mampu ! Apa maksud pemerintah memberikan batasan ini ? Apakah ada maksud untuk mematikan industri mobil nasional dan memberi kan peluang kepada industri luar sana untuk bisa berkiprah dalam program mobil murah ?

Kalau memang harus begini, bagi Asia Nusa, sebaiknya tidak usah ada program mobil murah pemerintah, dan biarkan saja mobil-mobil murah negara lain masuk ke Indonesia tanpa harus ada fasilitas-fasilitas apapun dari pemerintah.  Lagi pula, kalau memang begitu buat apa sih pemerintah pusing mikir program mobil murah kalau pada akhirnya akan mengurangi pendapatan pemerintah karena harus memberikan fasilitas keringanan pajak ? Dan selain itu apa untungnya bagi rakyat ?

Jika pemerintah tetap melakukan program mobil murah seperti ini, jangan salahkan rakyat jika rakyat akan berprasangka negatif terhadap kebijakan tersebut, karena kebijakan tersebut akan dinilai sebagai kebijakan yang cenderung untuk kepentingan pribadi dari oknum pembuat kebijakan.

Berita dari sumber lain lagi adalah RI Siap Produksi 'Mobil KITA' Seharga Rp 30-40 juta, yang dinyatakan oleh Deputi Menko Perekonomian Bidang Industri dan Perdagangan, Edy Putra Irawadi menyatakan mobil murah tersebut ada 2 jenis yaitu mobil kluster IV dan mobil low cost. Untuk mobil kluster IV, harganya sekitar Rp 30-40 juta per unit, sedangkan harga mobil low cost akan dijual dengan kisaran Rp 80 juta per unit. "Kalau yang kluster IV itu Rp 30-40 juta, yang low cost Rp 80 jutaan," ujarnya dalam diskusi dengan wartawan di Kantornya, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Kamis (4/5/2011). Menurut Edy, produksi mobil murah tersebut diusahakan untuk meningkatan industri otomotif di dalam negeri. "Supaya turn over policy lebih cepat, jadi jangan ditahan demand itu," ungkapnya. Edy menegaskan mobil murah tersebut tidak akan meningkatkan penggunaan premium yang rencananya akan dibatasi konsumsinya. Pasalnya, untuk mobil low cost menggunakan bahan bakar gas. Namun, meskipun mobil kluster IV menggunakan BBM, Edy yakin mobil-mobil lama bisa ditekan penggunaannya dengan pemberlakuan pajak progresif untuk kendaraan. "Kita kan ada fiscal policy, makin tua makin mahal pajaknya, pajak progresif dan ada policy rangsangan, misalnya ada daerah yang mau narik mobil lama, maka akan nol persen pajaknya," tukas Edy. Mobil murah ini akan menjadi mobil nasional karena penggunaan komposisi bahan baku lokalnya lebih banyak. "Ini nanti namanya Mobil KITA kan sudah ada Minyakita," ungkapnya. Penggunaan bahan baku lokal ini yang menyebabkan harga mobil ini sangat murah. Karena selama ini mobil impor yang digunakan masyarakat Indonesia memiliki biaya yang besar karena beban negara pengekspor dilimpahkan ke negara-negara pengimpor mobil tersebut, termasuk Indonesia.

Kedua pernyataan pemerintah dari sumber yang berbeda tersebut kelihatanya antara yang satu dan yang lain nya berbeda, walaupun sama-sama membahas tentang mobil murah. Kami masih belum memahami ada apa sebenarnya yang ada dibalik semua pernyataan tersebut. Dan kami tidak berani menebak-nebak karena kami khawatir akan timbul fitnah yang tidak diinginkan oleh beberapa pihak.

Saat ini, yang terjadi pada anggota Asia Nusa adalah kebingungan, kami ini akan dibawa kemana. Sebagaimana sudah di ulas dalam tulisan di atas bahwa kalau memang harus begitu, sebaiknya tidak usah ada program pemerintah mobil murah, pemerintah tidak usah memberikan fasilitas keringanan pajak dan lain-lain kepada mobnas (Asia Nusa) maupun mobil yg berasal dari negara lain, karena ini hanya akan mengurangi pendapatan pemerintah, biarkan mekanisme pasar di segmen microcar berjalan apa adanya tanpa ada intervensi kebijakan apapun ....

Salam ASIA NUSA !

Dewa Yuniardi
Ketua Bidang Pemasaran / Hubungan

Rabu, 18 Mei 2011

Denah Lokasi ASIANUSA pada Pameran - Indo Automotive 2011

Asia Nusa berpartisipasi pada pameran produk Mobil Nasional dari anggauta Asia Nusa, pada Pameran : "INDO AUTOMOTIVE 2011" - The 4th Indonesian International Automotive Components, Spare Parts and Accessories Exhibition.

Tanggal : 25 sd 28 Mei 2011
Jam: 10.00 sd 19.00
Tempat: Jakarta International Expo - Hall D
Kemayoran
Jakarta


Baca informasi lengkapnya serta Registrasi di: event Asia Nusa 

Selasa, 17 Mei 2011

Regulasi Mobil Murah Masih Dibahas

Sandra Karina - Koran SI (Seputar Indonesia)

Jakarta– Regulasi program mobil murah dan ramah lingkungan (low cost and green car) saat ini masih digodok antarkementerian. Regulasi resmi akan dikeluarkan sejalan dengan kesiapan masing-masing produsen.

“Regulasi tersebut masih dibicarakan interdepartemen. Target tetap 2012, mudah-mudahan bisa tercapai. Jadi saat regulasi keluar, semua sudah bisa langsung jalan,” kata Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Budi Darmadi di Jakarta kemarin.

Dalam penyusunannya, kata Budi, setiap pasal dibuat berdasarkan negosiasi antara principal dan pemerintah. Budi menegaskan, sejumlah principal seperti Toyota, Daihatsu, Suzuki, dan Nissan tetap berkomitmen mendukung dan menunggu realisasi program itu. Direktur Pemasaran PT Astra Daihatsu Motor (ADM) Amelia Tjandra membenarkan hal itu.“Masih menunggu peraturannya apa. Belum ada pembicaraan dengan pemerintah. Daihatsu akan mengikuti peraturan itu. Sampai saat ini belum ada peraturannya, jadi kami belum tahu,”kata Amelia. Namun, Amelia memastikan ADM siap untuk memproduksi mobil murah sesuai dengan ketentuan yang diberlakukan pemerintah.“Pada dasarnya Daihatsu siap.

Di Jepang, kita terkenal sebagai pembuat mobil kompak,mobil kecil. Mau yang 1.200 cc, 1.000 cc, 800 atau 600 cc, kita bisa buat.Tapi kan sebagai industri, yang kita bisa hanya menanti,” jelasnya. Hal senada diungkapkan Ketua Bidang Marketing/Komunikasi principal kendaraan lokal, Asia Nusa, Dewa Yuniardi.  Hingga saat ini pihaknya masih belum mengetahui kapan regulasi program mobil murah akan keluar.  Pemerintah, kata dia, juga belum memberi sinyal kapan regulasi itu akan keluar. Asia Nusa terdiri atas delapan principal lokal. Selain semua pemiliknya lokal, setiap principal itu memiliki brand, pabrik, desain, dan analisa masing-masing. “Sepertinya sedang dimatangkan oleh pemerintah.Belum ada sinyal dari pemerintah kapan akan keluar. Sebaiknya kita keep silent dulu,”kata Dewa.

Terlepas dari itu, kata dia, produsen lokal sudah memproduksi sejumlah mobil murah yakni Gea dan Tawon.  Harga off the road untuk Tawon adalah sekitar Rp42 juta untuk tipe pikap,dan Rp48 juta untuk city car. “Selain itu, ada juga mobil lain yang akan produksi, yakni Wakaba,” kata Dewa. Dewa menegaskan, pihaknya tidak merasa keberatan terkait adanya persaingan dengan principal Jepang yang nantinya kemungkinan juga akan memproduksi mobil murah. “Tidak masalah kalau lawan principal Jepang. Persaingan di pasar kan wajar,”tandasnya.

Ketua Asia Nusa Ibnu Susilo mengatakan, pihaknya belum mengetahui apakah akan ada perbedaan pemberlakuan keringanan pajak terkait program mobil murah untuk mobil lokal dan buatan Jepang. Namun, kata dia, keringanan pajak akan menekan harga mobil sehingga menjadi lebih murah. “Kalau disubsidi akan lebih murah,tapi subsidinya di mana dulu. Misalnya di area pajak perusahaan atau pembelian kemungkinan akan menekan harga jual. Kalau disamakan posisinya,tidak akan kelihatan yang mana produk yang benar benar lokal. Tapi saya belum tahu apakah ada treatment khusus,”papar Ibnu.

Sumber: Seputar-indonesia.com, 20 April 2011

Selasa, 10 Mei 2011

RI Tidak Bisa Buat Mobnas? Siapa Bilang?

Muhamad Ikhsan - detikOto


Jakarta - Salah satu kekurangan pemerintah terhadap industri mobil lokal adalah kurangnya perhatian serius untuk mengembangkan mobil nasional. Bahkan industri komponen otomotif tanah air dinilai belum bisa mewujudkan mobil nasional yang diinginkan masyarakat Indonesia.

Kabar pun berhembus kalau pemerintah akhirnya melempar proyek untuk membuat mobil nasional ke pabrikan non-lokal. Pabrikan mobil asal Jepang dikabarkan bakal kebagian tender mobil nasional yang memang selama ini menikmati pasar mobil di Indonesia.

Menanggapi hal itu salah satu Koordinator RUSNAS Engine (Riset Unggulan Strategis Nasional) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Nyoman Jujur menegaskan pemerintah RI seharusnya jangan memandang sebelah mata dengan industri komponen dalam negeri.

Sebab menurutnya industri komponen dalam negeri saat ini sudah semakin maju untuk memproduksi kendaraan.

"Siapa bilang kita Indonesia tidak mampu membuat mobil. Kita sudah semakin maju untuk membuat mobil," tegas Nyoman.

Nyoman menjelaskan pemerintah seharusnya jangan melempar projek mobil nasional ke pabrikan mobil lain yang notabenenya bukan asli dalam negeri. Nyoman meyakini karena di Indonesia pun sudah lengkap dari segi teknologi pembuat mesin hingga bodi mobil.

"Jangan ditenderkan ke pabrikan mobil lain. Mengapa harus diserahkan ke luar. Teknologi kita sudah lengkap, mengapa tidak itu saja yang disupport," mirisnya.

Saat ini pemerintah pun seharusnya mengeluarkan kebijakan mendukung mobil nasional asli buatan Indonesia.

"Tinggal peranan kebijakan pemerintah untuk fokus di mobnas. Meski harus memerlukan waktu dan dana serta kerjasamanya," sambungnya.

Sementara dengan menenderkan mobnas ke pihak lain, Nyoman mensinyalir adanya kepentingan individu untuk meraup keuntungan. "Kemungkinan saja untuk kepentingan pribadi di balik tender itu," imbuhnya.

( ikh / ddn )

Mimpi Mobnas di Siang Bolong

Oleh Abdul Aziz

Cita-cita memproduksi mobil nasional (mobnas) belum padam. Setidaknya ada 10 perusahaan yang sudah bisa membuat mobil karya bangsa sendiri dengan harga “miring”. Tapi, anehnya, pemerintah malah berencana menyerahkan produksi mobil murah kepada prinsipal Jepang. Cita-cita mobnas bakal kembali kandas?
——————

Siapa bilang orang Indonesia tak bisa bikin mobil sendiri? Tengok saja, paling tidak sudah ada 10 perusahaan lokal yang sudah bisa membuat mobil “made in Indonesia” dan siap memproduksinya secara massal.

Para produsen mobil nasional (mobnas) itu adalah Tawon, Gea, Arina, ITM, Fin Komodo, dan Wakaba. Para produsen mobnas yang tergabung dalam Asosiasi Industri Automotive Nusantara (Asia Nusa) ini memproduksi mobil dengan mesin berkapasitas di bawah 1.000 cc.

Harganya amat murah, rata-rata hanya Rp 30-Rp 60 juta per unit. “Itu jauh di bawah harga ‘mobil-mobil murah’ yang diproduksi agen tunggal pemegang merek (ATPM) di Indonesia,” tutur Ketua Umum Asia Nusa H Ibnu Susilo kepada Investor Daily.

Di luar itu masih ada mobnas-mobnas lainnya yang dibuat sejumlah pihak, seperti Marlip (mobil listrik hasil rekayasa Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia /LIPI), beberapa varian mobil militer buatan PT Pindad, Gangcar (mobil kecil buatan PT DI), serta Esemka Digdaya (karya anak-anak SMK 1 Singosari Malang).

Para produsen mobnas itu tersebar di sejumlah daerah.

Tawon punya basis produksi di Banten, ITM dan Boneo di Jakarta, Wakaba dan Komodo di Jawa Barat, Arina di Jawa Tengah, dan Gea di Jawa Timur. Mereka memang belum berpoprudksi secara massal. Sebagian malah baru membuat prototype-nya. “Tapi order sudah banyak,” kata Ibnu Susilo.

Munculnya kendaraan-kendaraan lokal tersebut mengingatkan bangsa ini pada mobil-mobil buatan sendiri di masa lalu. Pada rentang waktu 1996 hingga 2003, Indonesia sempat merilis sejumlah mobnas, di antaranya Maleo, Timor, Bakrie, dan Macan (Texmaco). Bahkan, Texmaco pernah membuat truk Perkasa yang banyak digunakan TNI.

Tapi, cita-cita mobnas kemudian padam seiring batalnya produksi massa mobil-mobil tersebut, baik akibat krisis maupun karena alasan lainnya. Satu-satunya mobnas yang eksis adalah Timor, besutan PT Timor Putra Nasional (TPN), perusahaan milik Tommy Soeharto.

Namun, status mobnas yang disandang Timor pun akhirnya kandas setelah Pemerintah RI dikalahkan The Big Three (produsen otomotif AS, Uni Eropa, dan Jepang) dalam sengketa di dispute settlement body Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Akibat kekalahan itu, pemerintah mencabut seluruh fasilitas perpajakan yang diberikan kepada TPN.

Sejak itu, wacana perlunya memiliki mobnas terdengar “sayup-sayup jauh”, kalah oleh ingar-bingar promosi mobil-mobil Jepang, Eropa, dan Amerika. Bahkan, belakangan, tak hanya mobil-mobil produksi The Big Three yang berseliweran dan menyesaki jalan-jalan di Indonesia, tapi juga mobil-mobil Korea. Malah, mobil buatan Malaysia, Proton, dalam setahun terakhir juga ikut meramaikan jalan-jalan di Indonesia.

Diserahkan ke Prinsipal

Apakah dengan munculnya Tawon cs, cita-cita mobnas bisa diwujdukan? Bisa ya, bisa pula tidak. Yang pasti, pemerintah sepertinya sudah tak begitu bernafsu mengusung program mobnas.
“Pemerintah memang tidak pernah punya program mobil nasional,” tandas Dirjen Industri Alat Transportasi dan Telematika Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Budi Darmadi kepada Investor Daily.

Bagi pemerintah, untuk memproduksi mobil murah nasional, melibatkan investor prinsipal lebih efektif ketimbang memanfaatkan produsen mobil lokal yang masih “tertatih-tatih” dan belum tentu bisa bersaing.

Apalagi hingga kini belum ada perusahaan lokal yang mampu memproduksi mobil berskala nasional. “Pemerintah belum dapat merumuskan kebijakan mobnas karena para produsen mobnas baru sampai tahap pemantapan produk,” tegas Budi Darmadi.

Atas dasar itulah, pemerintah lebih berupaya menjalin kerja sama investasi untuk memproduksi mobil yang terjangkau dan ramah lingkungan (low cost car and green car). “Selain dari prinsipal mobil, produsen komponen diharapkan ikut berinvestasi untuk menunjang pengadaan mobil murah,” papar Budi Darmadi.

Sekadar informasi, Kemenperin sedang menyusun regulasi mobil murah dan ramah lingkungan. Jika tak ada aral melintang, regulasi itu kelar tahun ini. Dengan begitu, mulai 2012, mobil murah nan ramah lingkungan itu sudah bisa diproduksi secara massal. Mobil murah dimaksud adalah mobil berkapasitas mesin di bawah 1.000 cc.

Berarti, para prinsipal punya waktu 1,5 tahun untuk menganalisa model mobil murah yang bakal dirilis ke publik. Mobil murah keluaran agen tunggal pemegang merek (ATPM) itu bakal dibanderol Rp 70-80 jutaan pe runit.

“Jika produksi mobil murah diserahkan kepada prinsipal atau ATPM, apakah itu berarti para produsen mobnas yang juga memproduksi mobil murah bakal gigit jari? “Kami baru cikal bakal. Tentu kami akan kalah bersaing,” ujar Ibnu Susilo.

Dalam konteks ini, kebijakan pemerintah memang sedikit “aneh”. Alih-alih mendorong para produsen mobnas (baca: non-ATPM), pemerintah justru membiarkan mereka bertarung dengan para ATPM yang dari segi dana, teknologi, SDM, maupun jaringan pasar jauh lebih kuat.

“Padahal, kami juga punya obsesi bikin ATPM di negara lain. Industri mobnas, termasuk dari sisi komponen, juga akan memberikan nilai tambah tinggi bagi perekonomian nasional. Belum lagi dari sisi devisa,” ucap Ibnu.

Dengan menyerahkan mobil murah dan mobil ber-cc kecil kepada para prinsipal, sama saja pemerintah “membonsai” para produsen mobnas atau melepas kelinci ke kandang singa.

“Kami sebetulnya tidak menuntut terlalu muluk-muluk. Yang kami tuntut hanya perlindungan pasar. Industri otomotif AS, Jerman, dan Jepang pada awalnya juga berjuang dari nol. Tapi mereka mendapat perlindungan dari negaranya,” kata Ibnu Susilo.

Dalam soal mobnas, Ibnu punya filosofi yang patut diacungi jempol. “Kami membuat mobnas agar kita punya product of Indonesia, bukan sekadar mobil made in Indonesia. Kalau sudah product of Indonesia, itu artinya kita berbicara budaya dan karya anak bangsa. Ini soal identitas dan jatidiri bangsa,” paparnya.

Tapi, tekad pemerintah sendiri sepertinya sudah bulat. Kemenperin bahkan sudah pasang ancar-ancar bahwa proyek mobil murah dan ramah lingkungan kelak harus memiliki kandungan komponen lokal minimal 80%. “Saya rasa prinsipal sepertinya sanggup dan akan mengupayakannya,” kata Menperin MS Hidayat.

Masih menurut Hidayat, setidaknya sudah ada empat ATPM dari Jepang yang telah menyatakan kesanggupannya untuk mengembangkan proyek mobil tersebut. “Mereka mau berlomba menyambut business plan atau proposal tersebut,” ujarnya.

Perlu Kajian Integratif

Idealnya, pemerintah bisa mengakomodasi aspirasi para produsen mobnas sepanjang industri mereka memang prospektif. Soalnya, dari sisi SDM dan teknologi, industri di dalam negeri sejatinya sudah bisa membuat mobil sendiri.

“Kalau peluang meningkatnya demand pada industri otomotif dimanfaatkan untuk mengakselerasi program mobnas, sebaiknya kesempatan itu diambil,” tandas pengamat dan pakar transportasi dari Masyarakat Tranportasi Indonesia (MTI) Danang Parikesit.

Toh, persoalan ini tidak bisa hanya dilihat dari satu sisi saja. Salah satu pertanyaan besar yang harus dijawab paralel adalah apakah keberadaan industri mobnas akan berkelanjutan secara ekonomi dan mampu menyejahterakan masyarakat. “Pada sisi ini, dampak positif program tersebut memang masih diragukan,” ucap Danang.

Mengapa demikian? Konsumen terbesar kendaraan adalah kota-kota besar. Alhasil, program mobil murah itu akan berdampak pada terjadinya kemacetan akut. Apalagi pemerintah tidak pernah tuntas mengerjakan PR-nya untuk menyediakan angkutan umum yang memadai.

“Kalau pemerintah punya strategi yang kuat untuk penyediaan angkutan umum itu, khususnya di daerah perkotaan, program itu akan relevan,” papar Danang.

Berarti, program tersebut harus menyertakan kajian kebijakan transportasi dan penyediaan energi. Sebab, bila harga kendaraan menjadi lebih murah, yang akan terjadi adalah replacement (perpindahan) moda dari pengguna sepeda motor ke mobil.

Nah, itu bakal berdampak langsung pada kenaikan konsumsi bahan bakar per kapita nasional. “Jadi, masalahnya, tergantung skenario elastisitas demand terhadap mobnas ini dan cross elasticity terhadap angkutan umum,” kata Danang.

Yang tak kalah pentingnya adalah analisis trade balance yang mendalam terkait penggunaan modal dan teknologi Jepang dengan penggunaan konten lokal. Sejauh ini konten lokal memang dilematis.
Faktanya, sering diperlukan skala ekonomi untuk memproduksi barang dengan harga kompetitif. “Sebagai solusinya, program mobnas itu sebaiknya dibuka kepada publik, sehingga bisa di-assessment dan diuji publik,” tutur Danang Parikesit.

Jika menilik pernyataan Danang Parikesit, dapat disimpulkan bahwa diproduksi oleh produsen lokal maupun oleh ATPM, potensi masalah yang ditimbulkan mobil murah sejatinya relatif sama.

Cuma, anehnya, Kementerian Perhubungan mengaku belum tahu roadmap mobil murah yang disiapkan Kemenperin. “Kami belum tahu. Tapi sesuai kewenangan kami, sepanjang kendaraan itu memenuhi standar kelaikan beroperasi, ya silakan. Nanti akan dites kelaikannya. Itu yang penting,” tegas Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Suroyo Alimoesa.(Etis Nehe/c130)

Tulisan ini dimuat di Investor Daily edisi Weekend, 10 April 2010.

Minggu, 08 Mei 2011

INOVASI DAN TECHNOPRENEURSHIP


by Ferry Dzulkifli Latief on Saturday, 07 May 2011 at 05:26
(dimuat di Koran Jurnal Nasional - 5/5/2011)

Beberapa minggu yang lalu saya menonton laporan bernada informasi komersial (inforial)  di salah satu televisi swasta nasional yang mengangkat gelar hasil inovasi yang dilakukan oleh PT. Semen Gresik, Tbk. Sebagai industri nasional yang menguasai pasar semen dalam  negeri, manajemen Semen Gresik berkepentingan untuk mempertahankan keunggulan  melalui pengembangan bisnis yang inovatif baik di sisi produk maupun proses.

Sebelumnya,  kira-kira empat bulan lalu, saya diundang oleh teman untuk mengikuti demo dan  drive-test Komodo, sebuah kendaraan jenis penjelajah  dengan  kapasitas (cc) kecil yang dibuat oleh para engineers dalam negeri. Menurut Ibnu Susilo, sang pembuat kendaraan ini, Komodo merupakan buah kerja keras dirinya dan rekan-rekannya untuk bisa tetap berkaryadi bidang teknologi setelah keluar dari PTDI. Saat ini PT. Fin Komodo Teknologi, perusahaan  pembuat mobil Komodo telah memasuki fase bisnis, dimana teknologi yang dikembangkan telah siap dipasarkan.

---------------------------------------------

Dalam tulisan ini inovasi menjadi kata kunci pertama. Kosa kata ini memberikan arti terhadap pertumbuhan, kemajuan dan daya saing bagi organisasi yang menginternalisasi dan mengimplementasikannya dalam kerja secara berkelanjutan. Dalam bukunya yang berjudul “Innovation and Entrepreneurship”, Peter F. Drucker menjelaskan bahwa inovasi merupakan kerja sistematis yang merubah sesuatu sehingga bernilai tinggi pada pasar yang ditargetkan. Dalam sebuah perusahaan,  meskipun  inovasi bukanlah faktor tunggal namun merupakan faktor yang paling signifikan dalam  mempengaruhi kinerja perusahaan.

Setidaknya terdapat tiga hal dalam inovasi, yang pertama adalah adanya tindakan yang sistematis dan berkelanjutan. Inovasi diyakini dilakukan untuk meciptakan perubahan yang berkesinambungan. Perubahan sendiri tidak hanya dijalankan atau tercipta pada satu unit atau saja komponen saja. Adalah terlalu mahal bila inovasi dilakukan hanya untuk untuk merubah atau melibatkan satu unit dalam sebuah organisasi.

Kedua, inovasi dilakukan untuk menciptakan nilai tambah. Penciptaan nilai tambah dapat diberikan kepada pelanggan, karyawan, manajemen, pemegang saham dan bahkan  masyarakat sebagai bagian dari stakeholder. Perusahaan selain memiliki tugas untuk menciptakan keuntungan (profit), mereka juga memiliki tanggungjawab secara sosial kepada masyarakat (people) dan tanggungjawab lingkungan (planet) untuk terjadinya kesinambungan operasi.

Ketiga, inovasi dilakukan harus berorientasi pada pasar. Inovasi dilakukan bukan hanya untuk menjawab satu bagian pada satu waktu saja. Inovasi dilakukan dalam proses yang menjamin agar inovasi berikutnya tetap dapat dilakukan. Sesuatu yang diyakini dapat membuat inovasi berkelanjutan adalah bila terjadi komersialisasi produk inovasi.

---------------------------------------------

Kata kunci kedua adalah Technopreneurship. Kombinasi teknologi dan kewirausahaan mendorong terciptanya kemakmuran ekonomi. Teknologi yang pada awalnya dikembangkan untuk memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi manusia, dewasa ini semakin berkembang  bukan hanya karena solusi yang ditawarkan namun  teknologi sendiri adalah sebuah bisnis.

Teknologi dimanifestasikan ke dalam produk, proses dan sistem baru termasuk pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan untuk memberikan fungsionalitas yang bisa diproduksi lagi. Dengan demikian technopreneurship tidak hanya terjadi pada bisnis hard-technology namun juga soft-technology.

Karena terkait dengan kebaruan dari teknologi yang dihasilkan  agar dapat menjadi sesuatu yang marketable, maka diperlukan inovasi pada teknologi itu sendiri. Beberapa riset empiris (Dodgson, Gann dan Salter, 2008)  ditemukan bahwa :
  • Industri dengan teknologi tinggi tumbuh lebih dari dua setengah kali lebih cepat daripada industri manufaktur kebanyakan.
  • Nilai perdagangan barang berteknologi tinggi meningkat dua kali lipat.
  • Inovasi teknologi berperan sangat signifikan dalam tranformasi ekonomi di negara-negara Asia timur.
  • Pengembalian investasi di sektor R&D secara konsisten dinyatakan masih tinggi , yakni masing-masing sebesar 56 persen berupa social returns dan 25 persen berupa private returns .
Technopreneurship mampu mendorong kegiatan bisnis yang baik yang menghasilkan  maupun yang menggunkan teknologi untuk menciptakan ekonomi  yang bernilai tambah lebih tinggi bahkan lebih berdaya saing.

---------------------------------------------

Pemerintah sendiri sebagaimana disampaikan dalam ceramahnya pada Kuliah Umum di kampus ITS akhir tahun lalu, Presiden berkomitmen untuk mendorong pengembangan inovasi dan pengembangan technopreneurship. Setahun lalu kita telah memiliki Komite Inovasi Nasional (KIN) yang terbentuk bersamaan dengan Komite Ekonomi Nasional (KEN). Kehadiran kedua lembaga ini sangat relevan guna menjawab isu-isu inovasi dan kewirausahaan.

Biarpun terbentuknya kedua lembaga ini diprakarsai oleh pemerintah namun yang perlu diperhatikan adalah -sebagaimana pengalaman-pengalaman di banyak negara- pelaku terbanyak inovasi dan kewirausaahan adalah sektor swasta. Peran pemerintah tetap penting khususnya dalam menyemai semangat di kalangan birokrasi dan perbaikan layanan, seperti yang disebut oleh David Osborne sebagai 'reinventing government' (terjemahan bebas sesuai bukunya -mewirausahakan birokarasi).

Salah tugas KIN ialah membantu pemerintah dalam menyusun Sistem Inovasi Nasional. Di negara-negara maju Sistem Inovasi Nasional telah mampu menuntun untuk tercipatanya kebijakan-kebijakan yang pro peningkatan daya saing seperti kebijakan di bidang pendidikan, ekonomi, riset dan pengembangan teknologi serta industri dan perdagangan.

Di Indonesia, kita memerlukan adanya kebijakan spesifik dalam Sistem Inovasi Nasional yang mampu mendorong pengembangan inovasi dan technopreneurship secara nasional. Kebijakan-kebijakan itu diantaranya adalah kebijakan klaster industri. Klaster industri industri sebagaimana diketengahkan oleh Michael Porter mampu meningkatkan daya saing produk dalam lingkungan geografis tertentu dengan menciptakan kolaborasi diantara pelaku yang berbeda.

Kemudian, kedua, pengalokasian insentif fiskal. Kebijakan berupa tax credit pada kegiatan R&D mampu menjadi daya tarik agar perusahaan atau organisasi bersedia melakukan belanja R&D yang dapat memicu keinovasian.

Ketiga, kebijakan menarik investasi di sektor R&D. Kebijakan ini mampu membuat Vietnam menjadi salah satu pusat pengembangan mikroprosesor Intel serta  China dan India menjadi salah satu pusat pengembangan produk ABB, salah satu perusahaan terbesar di bidang teknologi automasi dan listrik berpusat di Swiss.

Keempat, kebijakan yang dapat mendorong terwujudnya kemitaraan segitiga antara pemerintah, industri dan perguruan tinggi. Di Beberapa negara Model Triple Helix telah terbukti meningkatkan sinergi  dalam inovasi tekonologi.

---------------------------------------------

Kita bisa bayangkan kedepan apa yang dilakukan oleh PT. Semen Gresik dan Ibnu Susilo dengan Komodo nya dapat segera dilakukan oleh banyak perusahaan dan pribadi karena tersedianya iklim yang sehat untuk berusaha dan berinovasi. Bila ini terwujud, tugas pemerintah akan lebih ringan karena akan ada lebih banyak perusahaan dan entrepreneur yang bisa mewujudkan kemakmuran.