Senin, 12 Desember 2011

Peresmian Distributor Fin Komodo Offroad untuk Wilayah Bali dan sekitarnya


Dalam menyongsong Tahun Baru 2012, Bali Beach Golf Course akan menyelenggarakan even Member Gathering's Even Golf  "BACK TO KAMPOENG", yang akan diselenggarakan pada:

Hari/Tanggal : Jum'at, 23 Desember 2011
Jam              : 07.00 dan 13.00 (Tee Off)
Tempat         : Bali Beach Golf Course
                      Jl. Hangtuah No 58 Sanur – Bali. (Inna Grand Bali Beach Hotel Complex)
Hadiah          : Mobil Fin Komodo Offroad, Motor, Tiket Garuda dan lain-lain

Gathering tersebut juga sekaligus merupakan "Peresmian Distributor Fin Komodo Offroad" untuk Wilayah Bali dan sekitarnya.

Jangan lewatkan kesempatan ini !

Untuk pendaftaran dan informasi, silahkan hubungi :


Susi Rahayu
Marketing Communication
Kompleks Inna Grand Bali Beach Hotel,
Jalan Hangtuah No 58, Sanur – Bali
p. 0361 287733  f. 0361 282281  m. 087861927267

Minggu, 13 November 2011

Produksi Fin Komodo di 2012 Bakal 10 Kali Lipat

Muhammad Ikhsan - detikOto
img

Jakarta - Produsen mobil Fin Komodo Teknologi semakin optimistis memandang pasar mobil garuk tanah tahun depan. Bagaimana tidak, kapasitas produksi Fin Komodo di 2012 bakal naik 10 kali lipat.

Rencana tersebut karena semakin banyaknya peminat mobil Fin Komodo. Saat ini mobil pekerja keras itu diproduksi sebanyak 110 unit per tahun, berarti di 2012 akan ada 1.100 unit per tahun.

"Genjot prouduksi di 2012 kembangkan produksinya jadi 10 kali lipat," ucap Presiden Direktur Fin Komodo Teknologi, Ibnu Susilo kepada detikOto, Rabu (9/11/2011) sore.

Jadi menurut Ibnu wajar jika perusahaan yang dipimpinnya menambah kapasitas produksi Fin Komodo untuk memenuhi permintaan konsumen di Tanah Air. "Ya banyak pemintnya jadi kapasitas produksi kita tambah," pungkasnya.

Seperti yang dijelaskan Ibnu Fin Komodo saat ini banyak digunakan oleh perusahaan tambang, perkebunan, club adventure, hobi dan rental. Tidak hanya itu rumah sakit yang sulit terjangkau juga sudah memesan mobil karakter off-road tersebut.

"Pasar kidi di semua dareah, dikirim seluruh Indonesia, perusahaan swasta, tambang dan perkebunan, club adventure. Ada yang pakai hobi, dipakai untuk rental. rumah sakit di pelosok yang sulit terjangkau juga sudah banyak pesan," tandasnya.

Fin Komodo dilengkapi mesin 250 cc 1 silinder yang menghasilkan tenaga 14 Hp dan torsi 17,6 Nm. Mesin tersebut dikawinkan transmisi otomatis. Mobil tersebut diklaim hanya membutuhkan 1 liter BBM (bensin) untuk menempuh jarak 20 km. Generasi keempat Fin Komodo kini dibanderol Rp 70 juta.


( ikh / ddn ) - oto.detik.com

Sabtu, 29 Oktober 2011

Tak Pesimis Meski Mobnas Selalu Gagal

Dalam hal teknologi, sangat susah bagi negara berkembang seperti Indonesia menghadirkan inovasi teknologi mobil terbaru.Bagai tak pernah akan menyerah, sejak beberapa waktu, kembali lahir mobil nasional (mobnas) yang diprakarsai Asosiasi Industri Otomotif Nusantara (Asianusa), gabungan pengusaha yang mengklaim konsisten bercita-cita untuk memproduksi mobnas Indonesia. 

Mobnas yang satu ini bernama GEA (diambil dari singkatan gulirkan energi alternatif), hasil produksi kerja sama Asianusa dengan PT INKA, BUMN pabrikan gerbong kereta api.

Berita mengembirakan yang terakhir adalah, mulai datangnya pemesanan 250 unit GEA varian pengangkut sayur. "Pemesanan mobil tersebut dilakukan Pemprov Sulawesi Selatan dalam dua tahap. 

Tahap pertama sebanyak 50 unit pada 2011. Sisanya sebanyak 200 unit akan diselesaikan pada 2012," kata Direktur PT INKA, Roos Diatmoko, di Madiun beberapa waktu lalu.

Mobnas yang satu ini masuk kategori city car berdemensi 3.320×1.490×1.640 mm dengan wheelbase 1.965 mm. Mesinnya 650 cc dan mampu melaju hingga kecepatan 85 km/jam dengan sistem pembakarannya injeksi EFI dengan penggerak roda depan. 

Kabarnya bahan bakarnya sangat hemat.Mengomentari itu, Ketua Umum Asianusa, Ibnu Susilo kepada Republika mengatakan, dalam sejarahnya kehadiran Mobnas memang belum berhasil tampil di pasar mobil secara nasional. "Kita tidak perlu pesimistis dengan keadaan Mobnas yang selalu gagal di pasaran selama ini," ujarnya. Dengan keinginan gigih dari para produsen Mobnas, saat ini sedikit banyak telah bertahan dengan menjual hasil karyanya. Sebelum GEA, perusahaan yang dinaungi Asianusa, PT Fin Komodo Teknologi (FEN), berhasil membuat Mobil Komodo di tahun 2009, yang telah dipasarkan diseluruh Tanah Air hingga saat ini. Ibnu yang juga sebagai CEO dari PT FEN mengungkapkan hasil kerja keras perusahaannya menghadirkan mobil Komodo. "Mobil ini adalah hasil karya para teknisi dan modal dari anak Indonesia," ungkapnya.

Mobil Komodo adalah kendaraan of-froad jenis Cruiser asli Indonesia, yang sangat lincah dan handal sebagai kendaraan penjelajah. Ibnu selama ini menjual mobil Komodonya berdasarkan pemesanan, setiap tahun sekitar 100unit mobil Komodo berhasil terjual.

Selain Komodo, ada juga Mobnas bernama Tawon. Mobil berkapasitas mesin 650 cc ini diproduksi oleh PT Super Gasindo Jaya (Auto-gas) dengan pusat produksi di Rangkasbitung, Kabupaten Tangerang, Banten. Direktur Penjualan PT Auto-gas, Dewa Yuniardi, mengatakan, mobil Tawon ini memiliki peluang pasar yang potensial.

Pasar yang akan dituju mobil Tawon ini adalah segmen masyarakat pedesaan, khususnya bagi unit koperasi. "Kita tidak menjual secara ritel, tapi kepada koperasi," ujarnya. Saat ini, beberapa koperasi di tiga provinsi pulau Jawa telah siap memasarkan mobil tawon.

Untuk layanan after sales, pihaknya bekerja sama dengan berbagai koperasi dalam penyediaan suku cadang dan layanan service. Rencananya akhir bulan Oktober 2011 ini mobil Tawon sudah siap dipasarkan secara masal. Saat ini, jelas Dewa, pihaknya sedang memasuki tahap akhir analisis pasar dan penjualannya. "Dari komunikasi kami dengan pihak koperasi, kami optimis 40 hingga 50 unit akan terjual setiap bulan," ungkapnya.

Pilihan kerja sama dengan Koperasi juga dilakukan PT ENKA dalam pen-jualan lanjutan kepada Pemprov Sulawesi Salatan. "Penjualannya tidak dilakukan per unit melainkan per paket dan diharapkan dapat dilakukan oleh koperasi atau badan hukum," kata Roos Diatmoko.

Dukungan gubernur

Sementara itu, Gubernur Sulawesi Selatan Sharul Yasin Limpo mengatakan, pemesanan mobil GEA buatan PT ENKA tersebut bertujuan mewujudkan mobil Indonesia di wilayahnya. Setelah dimodifikasi menjadi mobil sayur, mobil GEA tersebut akan digunakan untuk memajukan perekonomian masyarakat pedesaan di wilayahnya dengan memberikan mobil ini sebagai bantuan kepada masyarakat.

"Saya telah menganggarkan dana, hingga Rp 6 miliar untuk pemesanan mobil ini bagi masyarakat Sulawesi

Selatan. Teknisnya baru akan dibahas saat rapat paripurna mendatang," ujar Gubernur.

Ia menilai sudah saatnya Indonesia memiliki mobil nasional. Oleh karena itu, pihaknya atau Pemprov Sulawesi Selatan akan menjadi pendukung utama PT INKA untuk melahirkan mobil GEA menjadi mobil nasional.

Selain produsen yang tergabung dalam Asianusa, belakangan hadir pula konsep Mobnas hasil karya siswa SMK. Konsep Mobnas yang dikenal dengan mobil Esemka ini hasil kreasi siswa SMK. Namun mobil konsep ini belum direncanakan diproduksi dan dijual secara massal.

Pengamat Otomotif Suhari Sargo mengingatkan kepada produsen Mobnas untuk tidak sebatas memproduksinya. Ada tiga hal yang harus dilakukan produsen Mobnas. Pertama akselerasi teknologi mobil terkini harus dikejar dalam penyempurnaan produk. Kedua fokus di segmen pasar yang dituju dan terakhir perkuat mata rantai penjualan dan layanan after sales. Bila ketiga langkah itu konsisten dijalankan produsen Mobnas, maka ia yakin aka bertahan. "Minimal tidak tergilas penjualan mobil merek luar," ujarnya. Idealnya Mobnas adalah mobil yang dibuat secara sumber daya baik manusia, bahan dan teknologinya dari Indonesia. Yang kemudian diakui secara sah oleh pemerintah sebagai Mobnas. Namun dalam perjalanannya, tidak berlaku seperti itu. Dalam hal teknologi, Suhari menjelaskan, sangat susah bagi negara berkembang seperti Indonesia menghadirkan inovasi teknologi mobil terbaru. Karenanya perlu dilakukan kerja sama dengan beberapa produsen otomotif untuk awal mula pengembangan teknologi industri otomotif. Seperti yang dilakukan Proton dengan menggandeng Mitsubishi ketika didirikannya di tahun 1983.

Faktanya pengembangan Mobnas oleh pemerintah Indonesia, tidak pernah konsisten untuk mempertahankannya. Beberapa Mobnas yang sempat tenar pun, akhirnya harus rela terhenti akibat kebijakan politik atau keadaan ekonomi yang tidak kondusif. Bila melihat satu setengah dekade kebelakang. Indonesia memang pernah memiliki konsep Mobnas. Karena itu diperlukan lebih banyak pimpinan daerah yang rela mendukung-berkembangnya mobnas, seperti yang dilakukan Pemprov Sulawesi Selatan.

cO3 ed txdramnanta

Sumber: Republika Online (http://www.koran.republika.co.id)

Rabu, 26 Oktober 2011

Mobil Tawon Sanggup Tempuh Banten-Sby 19 Jam

Surabaya - Mungkin benar bahwa kita harus cinta produksi dalam negeri. Kalau bukan kita, siapa lagi. Seperti karya otomotif milik warga Rangkas Bitung, Lebak, Banten.

Mobil Tawon yang juga dirakit bareng siswa SMK Setia Budi pada tahun 2009 kini telah mampu menempuh Banten-Surabaya selama 19 jam non stop.

"Ini adalah test drive sebelum mobil ini dilaunching ke pasar. Dan ternyata dari Rangkas Bitung ke Surabaya tanpa trouble," kata Koentjoro Njoto, Owner sekaligus Desainer mobil Tawon yang ditemui di acara INAPA (Indonesia International Auto Part Accesories and Equip) di Grand City, Jalan Walikota Mustajab, Surabaya, Kamis (20/10/2011).

Semua onderdil dan manufaktur mobil Tawon berasal dari Indonesia. Sedangkan untuk mesin didatangkan dari China. Tapi, ke depannya di tahun 2014 nanti semuanya akan diproses di Indonesia.

Mobil Tawon ini tersedia 2 Varian yakni Minibus dan Bestel Wagon. Varian Bestel Wagon rencananya akan digunakan sebagai pengganti mobil angguna.

"Yang Bestel Wagon sengaja body-nya dimiripkan layaknya angguna yang dapat memuat penumpang bahkan barang berat," terangnya.

Pabrik mobil yang sudah berdiri sejak 7 tahun lalu ini memproduksi mobil Tawon dengan Kapasitas produksi 40 unit per bulan. Ketangguhan mobil Tawon ini ditopang dengan sistim suspensi depan menggunakan Ferguson dan suspensi belakang dengan pegas daun. Sedangkan sistem injeksi bahan bakar masih menggunakan Karburator.

"Mobil ini bisa berbahan bakar Gas, Bio Ethanol dan Bensin," terangnya.

'Gerobak besi' yang mampu melaju dengan kecepatan maksimal 90 Km per jam dengan putaran maksimal 5300 Rpm ini boleh dibilang irit. Sebab, saat test Drive dari Rangkas Bitung-Surabaya ini terbukti 1 liter bensin mampu menempuh jarak 25 Km.

Melihat pertumbuhan pasar otomotif dalam negeri, mobil Tawon ini akan memproduksi jenis mobil bermesin diesel. "Dalam waktu dekat akan hadir mobil Tawon dengan mesin diesel berkapasitas 800 CC. Untuk saat ini masih 2 Varian itu," tuturnya.

Untuk harga, sangatlah pas bagi mereka yang ingin memiliki mobil. Dari 2 varian itu dibandrol dengan harga Rp 50 Juta hingga Rp 70 Juta.

"Harga tersebut sudah On The Road," pungkas Kuntjoro.

Norma Anggara - detikSurabaya (nrm/fat)

Sabtu, 22 Oktober 2011

Fin Komodo Teknologi, Perusahaan Minimalis Yang Kaya Akan Teknologi

Cimahi – Namanya mungkin masih asing, Fin Komodo Teknologi. Tapi siapa sangka perusahaan yang berdiri sejak tahun 2005 di Cimahi Jawa Barat ini, telah memproduksi model sejenis Cruiser yang dimulai tahun 2006?

PT. Fin Komodo Teknologi adalah Perusahaan Swasta Nasional yang bergerak di bidang Rekayasa dan Teknologi, yang telah berpengalaman di bidang desain serta Analisis Pesawat Terbang, Otomotif, Simulator, dan Integrasi Sistim Simulator.

Perusahaan yang di bangun dengan luas lahan workshop untuk desain office dan manufacturing menempati lahan 1000 meter persegi, yang di lengkapi dengan peralatan workshop dan software desain serta analisis berstandar Industri Dunia.

Fin Komodo Produk Nasional karya anak bangsa yang di rancang oleh 5 insinyur Indonesia yang telah berpengalaman, serta 17 Teknisi tenaga ahli ini, di bawah pimpinan Ir. H. Ibnu Susilo selaku President Director.

Nah, akhir pekan lalu, Otomotifnet.com kesampaian mengunjungi pabrik Komodo di Cimahi, Jawa Barat. Sebuah pabrik yang minimalis, meski semua kebutuhan untuk membuat sebuah mobil rasanya sudah lebih dari cukup memenuhi.

Gudang Spare part, tempat perakitan dan pengecatan, laboratorium riset dan development, semua terdapat di satu atap, sehingga semua proses produksi KOmodo cukup dilakukan di satu tempat itu saja.

"Dalam mendapatkan Sparepart Fin Komodo, tidak perlu mencari keluar negri, di Indonesia pun sudah tersedia apa yang di perlukan untuk membuat Fin Komodo ini, karena kita memang mengarahkannya demikian," ujar Ir. H. Ibnu Susilo selaku President Director Fin Komodo Teknologi.

Sejauh ini, Fin Komodo ini sudah di kirim ke beberapa kota seperti Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi dan Papua, dalam sebulan mobil yang sudah terjual  sekitar 8 sampai 10 unit. (mobil.otomotifnet.com)

Senin, 10 Oktober 2011

Dewa Yuniardi: Mobnas Bermain di Segmen Bawah

Jurnal Nasional | Sabtu, 8 Oct 2011
Darma Ismayanto
Mobil Nasional melalui AsiaNusa fokus pada pasar yang tidak digarap pabrikan luar negeri.

Belakangan pabrikan-pabrikan otomotif asal negeri luar begitu gencar menyerbu pasar otomotif Indonesia dengan berbagai macam produknya. Mulai dari kelas premium sampai kelas standar. Bukan hanya sekadar merilis produk-produk terbaru, mereka juga semakin gencar mengembangkan sayap bisnisnya dengan menanamkan investasinya di Indonesia.

General Motors misalnya, saat ini tengah mengembangkan dan menghidupkan kembali pabriknya di Bekasi. Rencananya Indonesia akan dijadikan basis produksi mobil multi fungsi murah Chevrolet PM7 di wilayah Asia Tenggara. Tak tanggung-tanggung, pabrikan asal Amerika Serikat ini menggelontorkan Rp1,2 triliun.

Daihatsu Motor Co. berinvestasi 20 miliar yen atau sekitar Rp2,1 triliun untuk meningkatkan kapasitas produksi mobil di pabrik Karawang, Jawa Barat. Seperti dikutip Nikkei, pabrik ini nantinya akan menjadi basis produksi mobil murah seharga Rp85-95 juta. Kabar yang beredar menyebutkan bahwa mobil A-Concept yang diperkenalkan pada Indonesia International Motor Show 2011 lalu, merupakan cikal bakal mobil murah ini. Seakan tak mau ketingglan, pabrikan mobil asal India, Tata Motors juga dikabarkan tengah menjajaki pembangunan pabrik mobil supermurah di Indonesia.

Di tengah euforia pabrikan asing menggarap pasar di Tanah Air, lalu bagaimana dengan nasib mobil nasional (mobnas) yang belakangan sebenarnya sedikit agak mulai menggeliat di bawah bendera AsiaNusa sebagai asosiasi wadah mereka membangun diri bersama. Saat ini AsiaNusa dikelola oleh beberapa produsen mobil nasional, antara lain Tawon, Wakaba, Fin (Komodo), Arina, Gea, dan ITM. Untuk mengetahu lebih jauh Darma Ismayanto dari Jurnal Nasional mewawancarai Dewa Yuniardi, Ketua Bidang Marketing dan Komunikasi AsiaNusa seputar kondisi dan kiprah mobnas saat ini. Berikut petikannya:

Apa kendala yang ditemui dalam memasarkan di Indonesia?

Sebetulnya kalau boleh dibilang tidak ada kendala ya. Jadi memang tidak semua orang itu kami jadikan target market. Artinya kami mencari ceruk pasar yang selama ini tidak digarap pabrikan luar negeri. Mobnas kami ini masuk ke pedesaan-pedesaan, mengambil segmen angkutan perdesaan seperti taksi-taksi rakyat yang tanpa argo itu. Jadi pangsa pasar yang dibidik memang berbeda.

Apa line-up mobnas yang akan segera diproduksi dan dipasarkan dalam waktu dekat?

Untuk pasarnya sendiri sudah siap tinggal tunggu produksi saja. Saat ini Tawon sudah mulai jalan produksinya jadi kami tinggal mengantar saja. Untuk GEA sendiri masih prepare line produksinya dan masih menunggu kebijakan seputar mobil murah dari pemerintah apakah benar akan diserahkan ke GEA atau tidak.

Tawon sendiri sebenarnya saat ini sudah banyak, pelat hitam. Tapi untuk di secara jual ritel belum, karena infrastrutur after salesnya belum terbangun. Saat ini kami jual ke grup, misalnya kami jual ke grup angkutan koperasi, begitu. Kalau itu kan kami gampang membangun infrastruktur aftersales-nya, jual mobil kalau tidak ada aftersales-nya cepat "habisnya" Mas.

Saat ini untuk Tawon sudah dipasarkan di mana saja?

Saat ini Tawon sudah dipasarkan di Banten, artinya pemasaran kita itu kan per grup kita kerja sama dengan koperasi angkutan. Nantinya akan menjadi seperti halnya taksi-taksi rakyat tanpa argo yang murah di mana tarifnya bisa tawar-menawar. Tawon target marketnya diarahkan ke sana.

Tawon sendiri kita banderol di kisaran harga Rp 50-70 juta. Untuk variannya sendiri Tawon ada tiga yang pertama itu tipe city car, ke dua itu Metro Tawon untuk angkutan penumpang dan barang, ke tiga transformer. Untuk varian lainnya akan segera menyusul, Tawon sudah banyak melakukan pengembangan produk.

Respons pasar terhadap produk-produk mobnas?

Respons pasar saat ini sangat baik. Ya itu, karena segmen pasar yang kita garap berbeda dengan pabrikan lain.

Program dari mobnas sendiri dalam penetrasi pasar otomotif?

Penetrasi pasar kalau dengan positioning sekarang sudah benar, kami dengan posisi saat ini di mana tidak berbenturan di pasar dengan produk otomotif yang sudah ada dengan tetap bermain di segmen di bawah 1000cc saya rasa sudah tepat.

Sekarang yang sedang disasar bagaimana cara meminimalkan biaya produksi. Kami sedang berencana membangun platform bersama, beberapa komponen dibuat bersama, sehingga dari komponen-komponen itu kita bisa membikin mass product. Itu kemungkinan besar akan kami gulirkan kalau GEA memang benar akan dilibatkan program mobil murah dari pemerintah. Saat ini masih belum jelas apakah GEA atau mobil yang lain.

Tanggapan Anda terkait program mobil murah dari pemerintah dan apakah mobnas dilibatkan?

Wacana itu kan sudah lama ya, tapi sampai saat ini belum jelas perwujudannya. Kalau kami menunggu terus lama-lama kami terbawa arus jadinya nanti kami tidak jalan-jalan, akhirnya beberapa produsen di bawah kami (AisaNusa) memutuskan untuk membuat saja lalu dipasarkan. Beberapa dari kami juga sudah pegang pasarnya. Ya GEA itu, tapi apakah benar GEA akan dilibatkan kami masih menunggu.

Bila mengikuti pameran bagaimana respons masyarakat umum terhadap mobnas?

Baik, untuk segmen masyarakat yang kami bidik banyak yang tertarik untuk membeli. Tapi seperti saya bilang, kami belum bisa melayani untuk ritel karena belum infrastruktur after sales-nya belum terbangun.

Sumber:  http://nasional.jurnas.com/halaman/8/2011-10-08/184776

Senin, 26 September 2011

SISTEM BREK

Seperti yang kita tahu, brek sangat penting dalam sebuah kereta. Tanpanya tak mungkin kita berani memandu kereta tersebut sekiranya kita mengetahuinya.
Kepada pemilik kereta yang telah menukar injin kereta mereka kepada injin yang mempunyai "kuasa kuda membrek" atau BHP yang lebih tinggi (lebih 25 bhp ke atas), pastikan anda memeriksa dan menilai kembali sistem brek original yang ada pada kereta anda. Jangan kerana nak jimat, anda abaikan sistem brek anda. Lebih baik sekiranya semasa anda membeli haftcut kereta anda, beli bersama sistem brek kereta tersebut dan pasangkan pada kereta anda. Pernah terjadi kereta kancil yang telah di tukar injin kepada Mira L5 tapi sistem breknya masih original. Dan kebetulan semasa keluar dari bengkel, keadaan kecemasan berlaku dan kereta tersebut tidak dapat berhenti walaupun pemandu mengatakan dia tekan brek sampai berdiri.
Sistem asas brek terdiri dari disk atau drum, pelapik brek (pad brek), saluran minyak, pam vacum(objek besar hitam bulat leper betul-betul di hadapan steering dalam kompamen injin), tabung minyak injin, padel brek (tempat tekan brek). Kesemua peralatan asas yang di atas mestilah dijaga dengan baik supaya brek berkesan.

Kereta Baru

Semasa service pertama, minta mekanik memeriksa kesemua disk dan drum brek termasuk pelapik brek. Pastikan pelapik brek betul betul terapung di antara dua angkup dan disk berada di tengah. Untuk drum, pastikan pelapik brek tidak menyentuh drum atau kesan geseran yang kelihatan adalah sama rata. Jika tidak rata, minta mekanik periksa kerana perkara ini akan menjadi masalah bila ia dibiarkan. Kalau dapat minta mekanik melaraskan pedal brek supaya tidak terlalu 'makan' mengejut dan sesuai dengan panjang kaki kita. Sekiranya minyak brek sudah kotor(keruh warnanya), minta mekanik tukar.

Cara Penjagaan Sistem Brek.

1. Setiap sebulan sekali, periksa paras minyak brek kereta anda (botol minyak depan vacum pam). Pastikan minyak berada diparas antara minimum dan maksimum. JANGAN SEKALI-KALI MEMANDU SEKIRANYA PARAS MINYAK BREK BERADA DI BAWAH PARAS MINIMUM.
2. Setiap 6 bulan semasa kita hendak merotate tayar kereta kita, periksa pelapik brek. Pastikan lapisan pencengkam masih tebal. Sekira kita dapati pencengkam 'makan' tidak sama antara kiri dan kanan, minta mekanik periksa sistem saluran minyak brek atau sistem tekanan brek kerana kemungkinanatekana yang dikenakan ke atas kedua-dua brek tidak sama dan ini sangat merbahaya kepada pemanduan terutama membrek semasa kelajuan tinggi. Perkara yang sama juga perlu dilakukan kepada brek drum.
3. Sekiranya terdapat kesan lelehan minyak brek (kelihatan cat atau apa-apa bahan berasal dari petroleum mencair) pada mana-mana bahagian, minta mekanik memeriksanya. Jangan ambil mudah perkara ini kerana kebocoran ini mungkin keci tapi akan menjadi besar semasa membrek kerana tekanan yang dikenakan ke atasnya.
4. Semasa menambah minyak brek, pastikan minyak brek yang betul spesifikasinya. Dot 3 untuk kegunaan biasa (biasanya kereta yang mempunyai disk di depan dan drum di belakang) dan Dot 4 untuk kegunaan berat (untuk kereta yang mempunyai sistem 4 roda disk dan kereta berkuasa tinggi). Jika tidak pasti tanya mekanik kerana kesilapan minyak brek boleh menyebabkan keseluruhan sistem brek kita akan mengalami kerosakan terutama pada seal yang diperbuat daripada getah.
5. Sekiranya terdapat kesan calar pada disk atau pada drum, minta mekanik menilai samada boleh pakai lagi atau tidak. Jika kita hendak menukar pelapik brek, saya cadangkan asah kembali disk atau tukar drum kepada yang lebih baik. Kesan calar ini boleh menjadi penghalang pelapik brek mencengkam disk atau drum. Hasilnya, brek akan kurang berkesan.
6. Kerosakan yang selalu berlaku adalah brek 'jam'. Keadaan ini berlaku kerana pelapik brek tidak kembali terapung apabila kita lepaskan brek dan terus mencengkam disk. Kerosakan adalah pada angkup yang mengawal pelapik brek.
7. Untuk kereta auto, pelapik brek hadapan akan lebih cepat haus daripada belakang (biasanya dua kali ganda cepatnya), pastikan anda lebih kerap memeriksa pelapik brek hadapan.
8. Sekiranya anda ingin mengubahsuai sistem brek kereta anda, pastikan anda mendapat kebenaran bertulis daripada JPJ kerana adalah menjadi kesalahan dan syarikat insuran kita akan melindungi anda sekira kemalangan berlaku disebabkan sistem brek dan sistem brek anda telah ditukar tanap kebenaran JPJ.
9. Semasa memandu elakkan kaki daripad sentiasa berada di atas padel brek. Ini dapat menjimatkan penggunaan pelapik brek.
10. Semasa menuruni bukit yang curam, jangan gunakan brek, sebaliknya gunakan brek injin (gear rendah) untuk mengawal kelajuan kereta anda.
11. Sekiranya anda suka memandu laju dan secara aggresive, tukar pelapik brek kereta anda kepada yang lebih tahan panas seperti project U. Pastikan anda menukar juga sistem saluran minyak brek anda kepada saluran bersalut steel. Ini bagi memastikan sistem brek kereta anda dapat berfungsi dalam keadaan tekanan dan suhu dan tinggi dan tindakbalas brek anda akan lebih cepat apabila padel ditekan.
Akhir sekali, cuma pastikan setiap kali anda hantar kereta anda untuk ditukar minyak injin, minta mekanik memeriksa juga minyak brek, minyak gear box, pelapik brek, lampu brek ketiga, aras padel brek dan clucth, tekanan angin tayar, aligment tayar, spark plug, penapis angin, penapis petrol dan sebagainya. Jangan cuma tukar minyak hitam saje kerana peralatan lain perlu juga selalu diperiksa. Jangan tertipu dengan mekanik yang cuma menukar minyak hitam dan penapis minyak hitam apabila kita menghantar kereta untuk di service dan kita dikenakan bayaran yang tinggi untuk upahnya.

Sumber maklumat: http://pmr.penerangan.gov.my

MEMERIKSA PUNCA STERENG KERETA BERAT

Ada ketikanya pemandu tidak berasa selesa apabila stereng menjadi semakin ketat dan berat. Anda perlu menggunakan lebih tenaga untuk memutar stereng dan keadaan ini menyusahkan terutamanya ketika meletak kenderaan dan apabila perlu banyak membelok.
Antara sebab keadaan ini berlaku termasuk tekanan tayar depan yang terlalu rendah, penjajaran (alignment) tayar depan yang kurang tepat, kekurangan atau kerosakan minyak pelincir di dalam kotak gear stereng, kekurangan gris pada sambungan rod stereng atau pengalas tayar depan dan penyelarasan yang kurang sempurna pada peralatan pengemudian.

Apabila berhadapan dengan keadaan sebegini, mula-mula periksalah tekanan tayar hadapan dan pelinciran sambungan rod stereng. Agar pemeriksaan dapat dilakukan dengan mudah, tongkatlah kenderaan hingga kedua-dua roda depan tergantung. Kemudian periksalah adakah sambungan dan skru sistem pengemudian cukup ketat.
Antara bahagian yang harus diutamakan pemeriksaannya termasuk kotak gear stereng, sambungan bebola atau gantungan depan termasuk hujung dan pangkal rod pengikat. Untuk mengetahui kerosakannya, putarlah stereng ke kiri dan ke kanan. Selepas itu putarlah stereng ke kanan penuh, kemudian gerakkan stereng sedikit ke kiri dan ke kanan.

Sistem pengemudian mempunyai peranan yang sangat penting, maka waspadalah terhadap pelbagai kelainan yang wujud. Dalam keadaan lain pula, ketika memandu kenderaan di atas jalan yang datar, stereng terasa cenderung untuk berputar ke sesuatu arah. Jadi, stereng terpaksa dipegang dengan kuat untuk mengelakkannya terus berputar ke satu arah.

Keadaan ini biasanya terjadi disebabkan tekanan tayar kiri dan kanan yang tidak sama, diameter rim kiri dan kanan yang tidak sama, penyelarasan penjajaran roda depan kurang tepat, pegas (spring) gantungan depan yang sudah lemah, patah atau kurang baik pemasangannya, penggalas roda depan sudah rosak atau kurang baik penyelarasannya dan brek dari salah satu roda depan atau belakang bergesel.
Apabila berhadapan dengan keadaan ini, pertama pastikan bahawa beban kenderaan cukup seimbang. Kemudian periksalah sama ada kedua-dua tayar depan dan belakang sama tekanannya. Jika tidak, samakan. Pandu kenderaan perlahan-lahan di atas jalan datar. Luruskan arah kenderaan, rasa dan perhatikan bagaimana kenderaan berjalan. Apabila kenderaan masih cenderung untuk membelok ke satu arah, hentikan kenderaan dan lakukan pemeriksaan seterusnya.

Diameter luar rim kiri dan kanan (untuk roda depan dan belakang) harus sama. Kemudian periksa adakah salah satu pegas depan sudah lemah atau patah. Selain itu, ada kemungkinan juga penyelarasan brek kurang baik atau hanya sebelah yang berfungsi.
Kerosakan pada sistem kemudi boleh menjejaskan sistem keselamatan. Oleh itu, penjagaan aspek penjajaran roda depan tidak boleh dipandang ringan.

Sumber maklumat: http://pmr.penerangan.gov.my

Minggu, 25 September 2011

PUNCA PENGGUNAAN MINYAK PETROL BERTAMBAH

Sebelum ini anda mengisi RM30 untuk mengisi petrol kereta anda dan boleh bergerak hingga 200 kilometer. Kini dengan jumlah yang sama kereta anda cuma dapat bertahan 150 kilometer saja. Ada yang mengatakan kereta anda sudah kuat makan petrol.
Penggunaan petrol yang bertambah disebabkan beberapa faktor seperti kebocoran, permukaan bahan api dalam ruang pelampung karburetor terlalu tinggi, penapis udara tersumbat atau pelarasan skru pada karburetor kurang tepat.

Selain itu, ia mungkin berpunca daripada saat penyalaan kurang tepat, plag haus, suis pemutus arus terbakar, mampatan tidak cukup, injap yang tidak berfungsi, ekzos tersumbat, masalah pada cekam atau brek bergesel.
Bagi mengetahui puncanya, pertama, pemilik perlu memeriksa dengan melihat pada tempat meletak kenderaan.

Jika ada bekas titisan minyak atau terhidu bau petrol di kawasan itu, bermakna kenderaan mungkin mengalami kebocoran dan ia perlu dihantar ke bengkel untuk dibaiki. Bagaimanapun, jika kebocoran berlaku pada sambungan paip petrol, ketatkan sambungan yang longgar menggunakan spanar dan jika masih bocor, buka skru berkenaan dan lilitkan benang vinil dan ketatkan sambungan itu kembali.
Sebenarnya ada beberapa tip dan cara yang paling minimum untuk menjimatkan penggunaan bahan api sekali gus menjimatkan perbelanjaan harian anda. Sehubungan itu, adalah penting bagi anda memerhatikan kadar penggunaan petrol bukan sekadar harganya tinggi tetapi penggunaan bahan itu secara berlebihan menandakan enjin kereta anda mengalami kerosakan.
Jika anda mendapati penggunaan petrol pada kenderaan secara berlebihan, periksa puncanya sebelum membeli sebarang alat bantuan mengurangkan penggunaan petrol yang banyak di pasaran. Ini kerana pembelian alat berkenaan mungkin tidak memberi kesan sepatutnya jika keadaan enjin kereta anda mengalami masalah hingga menyebabkan penggunaan petrol bertambah. Umumnya cara terbaik mengekalkan tahap penggunaan petrol ialah dengan melakukan pelarasan enjin.
Selain itu, perkara penting yang perlu diketahui pengguna ialah sikap dan cara pemanduan kerana ia banyak mempengaruhi penggunaan petrol kereta. Antaranya, menggunakan gear dua atau tiga terlalu lama sebelum menukar ke gear seterusnya, tabiat menekan pedal minyak terlalu kuat ketika pemanduan mendatar atau menuruni bukit boleh menyebabkan penggunaan petrol yang berlebihan. Sehubungan itu, apabila anda melakukan pelarasan enjin, ia membantu mengurangkan penggunaan petrol sehingga 15 peratus di samping teknik memandu yang salah juga menjadi punca penggunaan petrol melebihi 20 peratus atau lebih.
Di samping itu, anda juga perlu mengetahui apabila membawa bebanan yang lebih daripada kadar yang sesuai juga menyebabkan kadar penggunaan petrol melebihi dari tahap biasa.

Oleh itu, anda perlu perhatikan dalam but kereta anda, mungkin ada banyak barang yang tidak sepatutnya berada dalam but tetapi dibawa ke sana ke mari. Ia pasti menambah beban enjin.
Anda harus membawa barang yang perlu saja seperti alat membaiki kereta dan alat yang dapat membantu ketika kecemasan.

Karier (alat membawa barang atas bumbung kereta) juga boleh menambah penggunaan petrol pada kadar lima peratus. Karier menghalang udara berlepas ke belakang dengan sempurna ketika kereta memecut.

Enjin dalam keadaan panas normal juga boleh membantu meningkatkan perbatuan dan prestasi kereta anda. Biarkan enjin panas sebelum memulakan perjalanan dan jangan sekali-kali memulakan perjalanan tanpa terlebih dulu merancang jalan mana untuk ke destinasi.


Sumber maklumat:http://pmr.penerangan.gov.my

TAYAR HAUS ANTARA PUNCA KENDERAAN BERGETAR

Ada ketikanya pemandu kereta tidak selesa apabila stereng yang dipegang bergetar dan tidak stabil kerana berat ke sebelah kiri atau kanan. Lebih merisaukan apabila seluruh badan kereta ikut bergetar.
Apabila berhadapan dengan keadaan ini, antara sebab utama kerosakan yang berlaku diberi perhatian termasuk tekanan tayar depan terlalu rendah atau ukurannya tidak sama, kehausan tayar depan tidak sama, kehausan atau kelonggaran sambungan sistem kemudi atau kotak gear stereng bergoyang, penyelarasan jajaran roda depan kurang tepat dan roda depan tidak seimbang.

Jika menghadapi masalah seperti itu pemandu dan penumpang pasti tidak selesa, lebih-lebih lagi jika sedang dalam perjalanan jauh. Untuk itu, punca kerosakan dan getaran perlu diketahui. Apabila memandu kenderaan penumpang atau trak, terutama trak kecil diatas jalan kasar atau rosak, biasanya akan terasa ada goncangan sehingga stereng perlu dipegang dengan kuat. Namun demikian, anda juga dapat merasakan adanya getaran atau goncangan pada stereng dan badan kenderaan walaupun keadaan jalanraya datar dan baik, pada suatu kelajuan antara 70 kilometer sejam (kmj) dan 80km.
Keadaan sebegini dinamakan 'shimmy'. Jadi, jika berhadapan dengan keadaan begini mula-mula periksalah tekanan tayar depan, keadaan sistem kemudi atau skru roda depan. Kemudian periksa kehausan tayar depan, sebaik-baiknya masih mempunyai rusuk bunga dengan tebal sekurang-kurangnya 2mm.
Gunakan tayar baru untuk perjalanan keluar bandar. Ada kemungkinan getaran yang berlaku boleh dihilangkan apabila tayar yang sudah haus diganti dengan tayar baru atau setelah tayar kiri-kanan ditukar kedudukannya. Namun demikian, jika getaran masih terasa juga, sebaiknya pemeriksaan dilakukan dengan lebih teliti kerana dibimbangi kerana disebabkan kehausan atau kelonggaran pada sistem rod kemudi dan sistem gantungan depan; atau kerana penyelarasan penjajaran roda depan yang kurang tepat hingga menyebabkan roda tidak seimbang. Untuk memeriksa dan membuat pembaikan bagi masalah berkenaan diperlukan alat dan kemahiran. Roda tayar dilengkapi satu alat pengimbang. Alat itu menunjukkan letak dan besarnya pengimbang yang harus dipasang pada rim roda.
'Shimmy' boleh terjadi apabila roda tidak dikunci dengan baik pada tempatnya, atau rod gandar tidak segaris dengan lubang pada roda. Jadi, banyak faktor yang boleh menyebabkan 'shimmy'; beberapa kesalahan dapat diperbaiki dengan mudah tetapi ada pula yang memerlukan kepakaran tertentu untuk mengatasinya.

Sumber maklumat:http://pmr.penerangan.gov.my

Selasa, 06 September 2011

Lampu Isyarat 'Hand brake' menyala.

Tadi kawe dapat pangilan dari kawan lama yang sama-sama belajar dekat U dulu..
Katanya lampu isyarat 'handbrake' dekat dashboard asyik menyala je.

Bila kawe terkenangkan balik,tak salah rasanya kawe nak berkongsi sedikit sebanyak apa yang kawe tahu tentang permasalahan kawan kawe tadi dengan pengunjung blog kawe ni.

Lampu isyarat 'handbrake' tu bertujuan untuk memberi peringatan kepada pemandu sama ada 'handbrake'tu sedang ditarik atau dilepaskan. walaupun begitu,lampu isyarat itu juga digunakan untuk memberi isyarat kepada pemandu tntang kandungan cecair brek di dalam takungan. lampu isyarat menyala bermakna cecair brek telah kekurangan.

Tetapi dalam keadaan tertentu, lampu isyarat ini akan menyala di sebabkan oleh diaphram(getah hitam,pada sebelah dalam tudung takungan cecair brek)terkeluar menekan floating sensor ke bawah.

Jadi jangan lah pembaca semua panik, anda semua boleh baiki sendiri. Hantar kedai nanti kena caj tau.. cuma buka bonet kenderaan anda. Buka tudung takungan cecair brek,chek paras cecair supaya dalam sukatan yang betul.Betulkan kedudukan diaphram ke tempat asal.

Kalau lampu isyarat 'handbrake' masih menyala, anda dinasihatkan hantar kepada yang pakar.

semoga sedikit info ini dapat memberi manfaat kepada semua..

Minggu, 07 Agustus 2011

Spark Plug Laser. Adakah benar????



Peredaran zaman semakin cepat, perubahan teknologi semakin berkembang, penggunaan tenaga juga semakin besar, maka kita seharusnya sebaik mungkin dalam penggunaan tenaga, salah satunya adalah BBM (Bahan Bakar Minyak). Serta pengurangan pencemaran gas kenderaan yang semakin hari semakin tinggi.

Takunori Taira dari Japan’s Institute of Natural Science telah membentangkan “Spark plug Laser” dimana menggunakan sistem sinaran laser dan bukan elektrod, pada Konferensi Laser & Electro Optic di Baltimore.

“Spark plug laser” yang menggunakan material inti dari bahan yttrium-aluminum-gallium (YAG) ini dikatakan dapat memperbaiki kadar penjimatan BBM serta menghasilkan gas kenderaan yang lebih rendah, karena proses pembakaran yang lebih baik dan sempurna, juga secara teorinya jangka hayat spark plug ini sangat panjang dibanding spark plug konvensional karena Spark plug laser tidak menggunakan elektrod, dimana elektrod pada spark plug konvensional akan menjadi haus seiring berjalannya waktu penggunaan.

Team Taira yang dibiayai oleh Japan Science and Technical Agency konon sedang bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan pembuat Spark plug terkemuka di Jepun, tetapi belum diketahui bila Spark plug laser ini akan dikeluarkan dalam skala komersial dan dijual secara meluas.

Kita berharap agar penjualan dan pemakaian Spark plug laser secara meluas di seluruh dunia dapat dipercepatkan, agar polusi gas kenderaan dapat dikurangkan seminimum mungkin.

Sejauhmana kebenaranya..kita tunggu dan lihat....

Jumat, 05 Agustus 2011

TEMU BISNIS & PAMERAN " INDUSTRI OTOMOTIF NASIONAL"

Peluang pengembangan Mobil Pedesaan dalam Industri Otomotif Nasional sangat besar. Potensi pasarnya sangat besar mengingat luas wilayah pedesaan jauh lebih besar daripada perkotaan. Peluang pasar ini dimanfaatkan oleh para pelaku dan pengembang kendaraan nasional yang tergabung dalam Asosiasi Industri Automotive Nusantara (ASIA NUSA).

Mobil yang dikembangkan anggota ASIA NUSA seperti GEA, Komodo, Tawon, WAKABA, Arina dan Kancil, memiliki peluang untuk mengisi pasar tersebut. Dalam rangka mempersiapkan produksi Mobil Pedesaan, Design Center Teknik Mesin FT-UNPAS (DC-Unpas) bekerjasama dengan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) beserta Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat (Indag-Jabar), menyelenggarakan "Seminar Nasional dan Temu Bisnis Industri Otomotif Nasional".

Industri komponen lokal perlu melakukan usaha yang terarah dan cepat dalam meningkatkan daya saing, terutama di bidang disain, rekayasa dan teknologi. Sebelum tahun 1999, industri komponen otomotif relatif terproteksi dari impor dengan bea masuk. Tapi kini praktis sudah terbuka karena ada pasar bebas. Bea masuk yang tertinggi hanya 17 persen sehingga menyebabkan persaingan pasar komponen otomotif menjadi ketat.

Sejauh ini banyak pihak yang menilai kemampuan industri otomotif Indonesia sudah mampu bersaing dengan industri serupa dari Jepang dalam sejumlah komponen tertentu. Untuk komponen-komponen inti sepeda motor bahkan sudah piawai dan kualitas tak kalah. Oleh sebab itu untuk meningkatkan daya saing ini, bukan saja dalam menghadapi persaingan pasar yang semakin ketat dan terbuka, namun juga mulai menjajaki kemungkinan Indonesia memiliki kemampuan desain dan rekayasa teknologi yang menyeluruh, mulai dari teknologi produk, teknologi proses, sampai ke industri pendukungnya.

Acara diselenggarakan pada:

Hari: Jum'at 30 September 2011 (Seminar)
         Sabtu & Minggu 01 sd 02 Oktober 2011 (Pameran)
Tempat: di "Hotel Grand Serela" Jl. R.E. Martadinata (Jl. Riau) no. 56 - Bandung.
Tema: Menuju Kebangkitan Industri Nasional di Bidang Kendaraan



Seminar dan temu bisnis yang diselenggarakan merupakan sebuah upaya membangun jaringan dan jalur komunikasi yang intensif dalam rangka memperkuat interaksi antar aktor-aktor inovasi dibidang industri manufaktur dan otomotif nasional, khususnya akdemisi/peneliti, pelaku bisnis industri kecil dan menengah (IKM) maupun maupun industri besar di bidang Industri Otomotif, beserta dukungan pemerintah.

Acara akan dibuka dengan Seminar Nasional Industri Otomotif Nasional, yang akan membahas seputar Pengembangan Industri Mobil Pedesaan. Topik-topik yang akan dibahas diantaranya: 

(1) Kebijakan Industri Otomotif Nasional, dari Kementerian Perindustrian; 
(2) Peluang dan Tantangan Industri Komponen dalam Mendukung Industri Otomotif Nasional, dari Klaster Industri Komponen Otomotif Jawa Barat; 
(3) Industri Engine Sebagai Penggerak Industri Komponen dalam Mendukung Industri Otomotif Nasional; dan 
(4) Pengembangan Kendaraan Pedesaan Berbasis IKM, dari ASIA NUSA. Acara seminar akan dilanjutkan dengan seminar makalah yang akan disampaikan oleh para Peneliti/Akademisi serta Pelaku Industri yang memiliki kajian dalam pengembangan otomotif maupun komponen.

Acara Temu Bisnis bertujuan untuk:

1. Menjalin kerjasama antara industri komponen otomotif dan aksesoris, dengan pengembang mobil nasional seperti GEA,Komodo dan Tawon.
2. Menjalin kerjasama antara industri komponen otomotif, aksesoris, maupun pengembang mobil nasional (ASIA NUSA) dengan investor, distributor maupun innovator.

Pembicara 1 :
Direktur Jenderal IUBTT Kementerian Perindustrian (Topik: ”Kebijakan Industri Otomotif Nasional)

Pembicara 2 :
Klaster Industri Komponen Otomotif JABAR (Topik: “Peluang dan Tantangan Industri Komponen dalam Mendukung Industri Otomotif Nasional”)

Pembicara 3 :
RUSNAS ENGINE (Topik: “Industri Engine sebagai Penggerak Industri Otomotif Nasional”)

Pembicara 4 :
Pengembangan Kendaraan Nasional (Topik: ”Pengembangan kendaraan Pedesaan Berbasis IKM”).

Seminar ini merupakan paparan makalah yang diundang dari berbagai Institusi pendidikan, Institusi penelitian maupun industri. Topik-topik makalah yang dapat dipresentasikan:
  • Alternatif kendaraan
  • Ergonomi dan estetika
  • Metoda disain
  • Alternatif energi
  • Teknologi Manufaktur
  • Disain Produk & Pengembangan
  • Teknologi Informasi
  • Teknologi Material
  • CAD/ CAM/ CAE
Tanggal 1 - 2 Oktober 2011: SAKSIKAN KEHADIRAN PRODUK ASIANUSA

1. Wakaba
2. Fin Komodo Offroad
3. GEA
4. AG - Tawon
5. Mobil2 Karya Mahasiswa yang ikut dalam Lomba Shell Eco Marathon
6. Dan lain2

    Kamis, 28 Juli 2011

    Pemerintah Punya Proyek Mobil Klaster 4

    Tawon model pick-up cocok untuk usaha
    Agung Kurniawan | Bastian | Minggu, 24 Juli 2011 - JAKARTA, KOMPAS.com — Selain mempersiapkan program low cost and green car, Pemerintah Indonesia punya proyek Kendaraan Angkutan Umum Murah (Klaster 4) atau dijuluki mobil pertanian. Program ini masih dalam pembahasan dan ditujukan khusus untuk perusahaan lokal dan tidak berlaku untuk perusahaan multinasional.

    Edy Putra Irawady, Wakil Menteri Koordinator Perekonomian Bidang Industri dan Perdagangan, mengatakan, untuk mobil pertanian, spesifikasinya masih dibahas lebih lanjut. Namun, mesinnya sudah ditetapkan berkapasitas 700cc ke bawah.

    "Salah satunya kami pernah membicarakan program ini dengan PT Inka (perseroan terbatas) dan memang ditujukan untuk kalangan petani," ujar Edy di Kemayoran, Jakarta Pusat, saat pembukaan pameran.

    Edy melanjutkan, program ini diciptakan untuk menggairahkan industri otomotif lokal, dengan menciptakan pasar baru yang belum disentuh agen pemegang merek (APM) yang ada saat ini. Paket regulasi program ini nantinya disiapkan bersamaan dengan low cost and green car yang masuk ke pembahasan final di level menteri.

    Rabu, 27 Juli 2011

    BOS IIMS 2011 MENGHINA MOBNAS

    Berikut adalah tulisan dari Leo Kusuma - 27 July 2011 yang dimuat -di Kompasiana.com (http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2011/07/27/bos-iims-2011-menghina-mobnas/)



    Kekecewaan diungkapkan oleh pihak AsiaNusa dengan menarik mundur keikutsertaan pabrikan otomotif nasional di ajang pameran bergengsi IIMS 2011. Persoalan dipicu dari sindiran Johnny Darmawan yang dianggap menghina industri mobil nasional (Mobnas) di depan pengunjung IIMS 2011. Johnny Darmawan sendiri merupakan salah satu petinggi Toyota dan sekaligus Ketua Penyelenggara pameran otomotif tersebut. Pandangan sinis tersebut bukan pertama kalinya ditunjukkan oleh Johnny terhadap kualitas karya anak bangsa. Tulisan ini saya tulis ulang sebagai wujud dukungan terhadap industri mobil nasional.

    Keputusan untuk mundur dari keikutsertaan di IIMS 2011 disampaikan oleh Ketua Bidang Marketing/Komunikasi Asosiasi Industri Automotif Nusantara (Asia Nusa) Dewa Yuniardi kepada detikOto, Jumat (1/7/2011). Dewa lalu bercerita kalau langkah mundur yang terpaksa diambil oleh produsen mobil nasional itu diambil karena munculnya statement negatif dari seorang petinggi produsen mobil Jepang yang juga merupakan ketua penyelenggara IIMS 2011, Johnny Darmawan. Dalam konfrensi pers kedua IIMS pada 22 Juni silam, Johnny menurut Dewa sempat mengeluarkan candaan yang melecehkan mobnas. Saat itu, Johnny mengatakan pengunjung IIMS harus berhati-hati ketika mengetes mobil nasional karena ditakutkan ban mobil buatan anak bangsa tersebut copot.

    Pandangan sinis dari Johnny Darmawan sendiri bukan pertama kali diperlihatkan kepada media. Tahun lalu, Johnny Darmawan sempat melontarkan pernyataan serupa yang mengatakan apabila “Mobnas Mimpi di Siang Bolong” (DetikOto, 24 Mei 2010). Perihal Johnny Darmawan sendiri adalah Presiden Direktur PT Toyota Astra Motor Indonesia. Sosok yang cukup dekat dengan para pejabat negara. Melihat strategi pengelolaan bisnisnya, Johnny lebih tepat dikatakan representasi dari Toyota (Jepang), bukan Indonesia.

    Kehadiran Johnny Darmawan dalam ‘TalkShow’ di MetroTV, Economic Challenge beberapa waktu yang lalu sempat dipertanyakan. Acara yang dipandu oleh Suryopratomo justru tidak menghadirkan perwakilan dari pihak AsiaNusa sebagai salah satu narasumber. Padahal, AsiaNusa merupakan asosiasi yang memayungi kepentingan industri mobil nasional. Selain tidak mengena pada substansi topik yang dibahas, jalannya acara pun terkesan pincang, karena istilah mobnas diwakili oleh pabrikan asal Jepang.

    IIMS 2011 adalah pemeran otomotif terbesar di Asia Tenggara yang dibuka oleh Menteri Perindustrian RI dan dihadiri oleh sejumlah pejabat penting negara. Sangat disayangkan, apabila kabar atas penyataan Johnny Darmawan tersebut tidak direspon oleh satu pun pejabat negara, bahkan termasuk anggota DPR RI. Pernyataan Johnny Darmawan sudah cukup untuk dikatakan ‘penghinaan’, karena disampaikan di depan publik (pengunjung pameran). Pernyatan tersebut, sekalipun berupa sindiran akan menciptakan kesan negatif kepada masyarakat. Artinya, atas pernyataan tersebut terdapat pihak yang berpotensi untuk dirugikan, yaitu industri mobnas di bawah naungan AsiaNusa.

    Ada 3 produk mobnas yang diikutsertakan dalam pameran IIMS 2011, yaitu Tawon, Fin Komodo, dan Gea INKA. Fin Komodo sudah beberapa tahun yang lalu masuk ke jalur produksi, sedangkan untuk Tawon dan Gea INKA baru masuk produksi pada tahun ini. Langkah untuk masuk ke jalur produksi menindaklanjuti komitmen pada tahun 2010 lalu yang baru diperkenalkan kepada publik. Sebenarnya masih ada beberapa nama produk mobnas lagi, akan tetapi hanya ada dua nama produk yang masuk jalur produksi. Sangat disayangkan, karena favorit pengunjung pada pameran mobnas 2010 lalu seperti ARINA dan ESEMKA tidak masuk ke jalur produksi maupun pengembangan.

    Keberpihakan pemerintah di sini memang patut dipertanyakan. Event seperti IIMS 2011 seharusnya menjadi sarana untuk memperkenalkan produksi mobil nasional. Kita bisa lihat sendiri, mobil buatan RRC, Geely Panda yang sukses dalam stand pameran Jakarta Fair 2011. Menperin RI pada tahun 2010, bahkan berjanji akan membantu pengembangan mobnas di masa depan. Sayangnya, tidak ada satupun pejabat yang hadir pada acara peluncuran perdana mobil nasional pada tanggal 17 Agustus 2010. Sebagai catatan, produsen otomotif asal Jepang sudah terlalu banyak menikmati insentif yang diberikan pemerintah Indonesia, bahkan meraup keuntungan dari rakyat (konsumen) Indonesia.

    Jika pernyataan dan sikap Johnny Darmawan tidak disikapi serius oleh pemerintah dan terutama rakyat Indonesia, maka tidak tertutup kemungkinan semangat kebangkitan industri mobil nasional akan meredup dan akhirnya mati. Cukup sulit untuk menghidupkannya kembali atas sesuatu yang sudah dengan susah payah dibangun.

    Topik dalam tulisan ini sudah pernah dimuat di media lain. Di sini pihak penulis hanya hendak mengulang kembali untuk dijadikan sebagai perenungan dan sikap. Tulisan ini pula diturunkan sebagai wujud dukungan moral kepada industri nasional, khususnya industri mobnas. Suatu representasi dari kegelisan sebagai bangsa yang menginginkan dirinya mampu untuk sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Kemandirian perlu dicapai dengan kerja keras dan tekad yang kuat, akan tetapi kemandirian butuh dukungan moral. Jika ada dukungan, bangsa kita masih bisa mengejar dari India. Akhir kata, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai karya bangsanya sendiri.

    Sekedar catatan, bahwa mobil Tata NANO berawal dari model yang sebenarnya tidak beda dengan produk mobnas seperti Gea INKA maupun Tawon. Perbedaannya, pemerintah India begitu peduli mendukung pengembangan mobil tersebut. Dikembangkanlah kemudian mulai dari desain hingga teknologi interior, mesin, hingga pelistrikannya. Ditambahkan lagi dukungan dari rakyat India, tidak mengherankan apabila Tata NANO masuk ke jajaran mobil Eropa.

    “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai karya bangsanya sendiri”

    Leo Kusuma - Yogyakarta, 27 Juli 2011 (kompasiana.com)

    Rabu, 20 Juli 2011

    Berharap Jadi Raja di Negeri Sendiri

    Tantangan mobil nasional untuk menjadi raja di negeri sendiri memang masih besar. Bukan saja karena sebagian besar konsumen Tanah Air masih memfavoritkan kendaraan-kendaraan buatan asing, melainkan pula belum memadainya dukungan finansial dan regulasi dari pemerintah.

    Menurut Ketua Umum Asosiasi Industri Automotive Nusantara (Asia Nusa) Ibnu Susilo, pihaknya memang kesulitan mengenalkan mobil kreasi anak bangsa kepada masyarakat luas, terutama karena masih rendahnya tingkat kepercayaan terhadap produk dari negeri sendiri. Tidak jarang, kata Ibnu, masyarakat menganggap teknologi buatan Indonesia belum canggih.

    Rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kualitas mobil nasional itu tidak lantas membuat para produsen pesimistis. Sebaliknya, mereka menjadikan hal itu sebagai tantangan untuk membuktikan bahwa produk dalam negeri pun memiliki kompetensi tinggi. "Kami akan tetap optimistis dan berupaya agar Indonesia benar-benar memiliki produknya sendiri, bukan sekadar mobil made in Indonesia," tegas Ibnu yang pernah mendesain pesawat terbang buatan PT Dirgantara Indonesia, di Jakarta, beberapa waktu lalu.

    Dilihat dari kapasitasnya, saat ini mobil nasional yang dibuat kebanyakan berupa kendaraan mikro dengan kapasitas mesin di bawah 1.000 cc. Kendati demikian, fungsi mobil tersebut tetap optimal, dan ke depannya ditargetkan menjadi kendaraan angkutan bagi polisi dan petugas pemadam kebakaran, serta moda pengangkut barang di pasar.

    Salah satu contohnya adalah Komodo. Mobil yang sengaja dibuat sebagai kendaraan off road itu berdesain pesawat terbang, memunyai rangka yang ringan namun kokoh, serta dapat melindungi penumpang dari berbagai kondisi, termasuk kondisi ekstrem. Selain pengembangan desain, hal yang mesti diperhatikan adalah inovasi teknologi. Untuk membuat produk yang berteknologi tinggi, diperlukan dukungan para ahli teknologi otomotif dan para teknisi dalam merekayasa dan menganalisis rancangan yang dibuat.

    Tidak dimungkiri, saat ini pembuatan mobil nasional belum 100 persen menggunakan komponen lokal. "Saat ini, setidaknya masih ada 30 persen komponen dari luar negeri yang digunakan untuk membuat mobil nasional. Namun, secara bertahap kami akan berusaha agar semua komponen untuk pembuatan mobil nasional berasal dari dalam negeri," ujar Ibnu.

    Apabila hal tersebut dapat terealisasi, peluang menciptakan industri otomotif nasional yang mandiri dinilai bakal lebih besar. Apalagi jika rencana pemerintah melalui Kementerian Perindustrian menyediakan kendaraan angkutan umum murah untuk masyarakat perdesaan dapat terlaksana. Kabarnya, kendaraan tersebut bakal dapat dinikmati masyarakat pada tahun depan.

    Untuk mengembangkan program mobil rakyat itu, pemerintah menyiapkan anggaran 144 miliar rupiah. Nantinya, kendaraan dengan kapasitas mesin 650 cc tersebut dibanderol harga 30 juta rupiah per unit. Sementara itu, untuk memproduksi mobil tersebut, kabarnya pemerintah tidak hanya menggandeng produsen lokal, tetapi juga pihak asing yang memiliki teknologi lebih canggih sehingga mampu menawarkan harga lebih murah.

    Mengenai kabar tersebut, Ibnu mengatakan pada dasarnya para produsen lokal tidak menuntut terlalu banyak. "Kami menginginkan adanya perlindungan pasar dari pemerintah," kata dia. Ibnu lantas memberi gambaran, industri otomotif di Eropa dan Jepang pada awalnya mesti berjuang pula dari nol. Namun, lama-kelamaan, dengan privilege mendapatkan perlindungan dari negara, industri otomotif di kedua kawasan itu semakin berkembang pesat. (fan/E-2) - Koran Jakarta

    Saatnya Bangsa Indonesia Bangga dengan Mobnas

    PERJALANAN panjang untuk mewujudkan mobil nasional di Tanah Air memang berliku. Sudah ada banyak pihak yang mecoba membuatnya, mulai dari kalangan sekolah menengah kejuruan (SMK), perguruan tinggi, hingga dari kalangan industri. Hasilnya, antara lain kita bisa menyebutkan mobil Arina (Armada Indonesia), mobil mikro yang dikembangkan oleh Universitas Negeri Semarang (Unnes) dengan Departemen Perindustrian. Contoh lain, Rosa Van 1.5i, buatan SMK Negeri 6 Malang. Mobil ini memakai mesin Timor yang disokong dengan sasis dari Toyota Hiace.

    Sementara itu, SMK Negeri 10 Malang membuat Zhangaro, sebuah mobil pikap dengan sasis Mitsubishi Colt T 120 SS, tahun 2003, gearbox dari Mitsubishi colt T 120 SS dan transmisi 5 speed dari Suzuki Vitara, headlamp dari Daihatsu Grand Max i, stop lamp dari Daihatsu GT.

    Masih ada lagi mobnas, seperti Tawon, Komodo bahkan Beta 97 MPV yang rencananya diluncurkan oleh Grup Bakrie. Kini, salah satu BUMN, yakni PT Inka men jalin kerja sama dengan PPPPTK (Pusat Pengem bangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan) untuk mem produksi mobil nasional dengan nama GEA (Gulirkan Energi Alternatif). Kehadiran mobil GEA ini memang memanfaatkan momentum akan kebutuhan kendaraan baru dengan harga di bawah Rp 70 juta.

    Kenaikan permintaan mobil sebanyak 700-ribuan per tahun dan sepeda motor 7 jutaan per tahun menjadi cermin adanya mobilitas penduduk yang semakin meningkat.

    Secara global, di Eropa tren kebutuhan pada kendaraan kecil memang semakin meningkat. Di kawasan Asia Tenggara, juga mulai menunjukkan kebutuhan akan kendaraan kecil yang hemat BBM dan murah.

    Tuntutan ini tidak lepas dari dorongan kenaikan harga minyak dunia, kepadatan lalu lintas, kebutuhan mobilitas, dan kenaikan income per capita.

    Tonggak Awal Karenanya, tahun 2011 diharapkan menjadi tonggak awal sekaligus arah menuju industri otomotif Indonesia yang mandiri dan kreatif dengan mewujudkan pengembangan mobil mikro (650 CC). Langkah ini mengarah pada kemandirian industri nasional, dan mengurangi defisit neraca pembayaran.

    Dalam perencanaan, di tahun 2011 ini pula dilakukan peluncuran program dan proto tipe, tahun 2012 mulai perakit perakitan dengan dukungan APBN APBN yang dibutuhkan, menggunakan peralatan produksi mobnas yang ada di PT Inka, juga peralatan jaringan industri komponen dengan memproduksi 1000 unit dengan menggunakan mesin dari China.

    Tahun 2013 komersialisasi program kendaraan angkutan umum murah. Di sini, dibutuhkan investasi swasta murni berupa perakitan, komponen dan jaringan SSS (sales, service, spare parts). Juga kerja sama swasta dan BUMN pada proses manufaktur dan jaringan pernjualan serta purnajualnya.

    Di tahun 2014 sudah berani mencanangkan produksi 6000 unit mobil hasil karya putra bangsa yang menggunakan komponen total mesin dan transmisi buatan dalam negeri, sebagai bentuk riil mobil nasional. Mobnas ini menggunakan mesin 650 CC 2 silinder dan bodi dari fiber antikorosi.

    Untuk mewujudkan itu semua, Dr Ir M Harly MT dari PPPPTK/VEDC Malang yang juga tim ahli dari PT Inka mengelompokkan proses pekerjaan yang tebagi dalam tiga langkah.

    Pertama, membuat komponen yang statik dan mudah teknologinya. Ini diserahkan kepada industri kecil menengah (IKM) seperti pembuatan spion, dan lampu.

    Kedua, pihak yang bertanggungjawab untuk pembuatan komponen yang dinamik. Terdapat kesulitan yang lebih tinggi dan ditangani IKM yang sudah maju atau punya teknologi tinggi.

    Ketiga, sudah mengarah pada tingkat asembling, dan ini ada di PT Inka. Pada tingkatan ini, melibatkan murid-murid SMK yang magang di PT Inka. Implementasi pemberdayaan klaster di antaranya melibatkan IKM Pasindo Pasuruan untuk pembuatan tangki, muffler, manifold, piping, battery, bracket, rear axle (68 items).

    IKM Aspillow dari Sidoarjo untuk pembuatan kursi, handle, engsel, door regulator, brake, coil spring, spring seat, hose & clamp ( 48 item). IKM Malang berupa GFRP body, asesories interior. Sementara pintu ditangani PT Nusa Indah yang sudah berpengalaman dalam pembuatan karoseri, serta PT Stanly untuk cable warness dan ECU sebanyak 5 item.

    Secara lengkap, pengembangan klaster melibatkan berbagai komponen yang semuanya mengarah pada forum klaster dengan PT Inka GEA sebagai industri inti. Di sini lebih terinci lagi melibatkan perguruan tinggi, seperti Poltek, VEDC, Pusat Desain, Pusat Studi & Riset Otomotif, Lembaga Riset (Puspitek, BPPT, LIPI, Badan Litbang, Balai Besar ), industri pendukung IKM (Tegal, Pasuruan, Sidoarjo , Malang, Solo), lembaga mediasi finansial (leasing, permodalan, investasi, asuransi), lembaga/asosiasi pendukung (Astra Ventura, GIAM, IATO, PPPPTK/VEDC), pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Perindustrian, Kementerian Perhubungan, Kementerian Perdagangan, Kementerian Diknas dan pemerintah daerah, dalam hal ini Dinas Perindustrian, Dainas Perhubungan, Dinas Perdagangan, dan Dinas Koperasi.

    Perencanaan pembuatan mobnas sudah digulirkan. Harapannya, program ini sukses, dan nasibnya tidak seperti industri pesawat terbang Nurtanio yang menjelma menjadi PT Dirgantara Indonesia. Menanjak dan kemudian tidak ada gaungnya lagi. (Wiharjono-24) - Suara Merdeka Pressmart

    Sabtu, 16 Juli 2011

    Semangat Menciptakan Mobil Nasional

    Jurnal Nasional | Sabtu, 16 Jul 2011
    Darma Ismayanto

    Ibnu Susilo
    BAGI Ibnu Susilo urusan merancang desain-desain kendaraan bukan hal baru. Ia memahami benar bagaimana mendesain mobil hingga pesawat terbang dan pernar dilakoninya. Mendesain model pesawat terbang misalnya ia lakukan ketika bekerja di PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) yang kemudian berganti nama menjadi PT Dirgantara Indonesia (DI) dan untuk bidang yang sama ia pun pernah menjabat sebagai kepala insinyur desain mobil nasional Maleo di pertengahan tahun 1990-an.

    Alumnus Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS) ini akhirnya memutuskan untuk resign dari PT DI pada tahun 2004. Ibnu lalu berinisiatif mendirikan perusahaan sendiri bernama PT FIN Tetra Indonesia (FTI) yang bergerak di bidang engineering dan teknologi. Tak sia-sia beberapa proyek penting pernah digarap perusahaanya, di antaranya proyek desain dan analisis composite dan non composite material untuk bagian sayap dan ekor pesawat Airbus A380 dan A400M versi militer.

    Kini pria kelahiran Lamongan 29 Mei 1961 ini dan bersama PT FIN yang dikelolanya tekun menggarap varian mobil hasil rancang karyanya sendiri yang diberi nama FIN Komodo. Untuk mengetahi lebih jauh terkait dengan hal itu, Darma Ismayanto dari Jurnal Nasional mewawancarai Ibnu Susilo. Berikut petikannya.

    Bisa Anda ceritakan bagaimana awal PT FIN memproduksi Komodo?

    Kami mulai riset pasar pada tahun 2005, mulai konseptual desain itu tahun 2006 lalu 2007 kita buat prototypenya. Di tahun 2008 kami mulai uji coba lalu pada tahun 2009 kami memperkenalkannya secara resmi kepada publik di acara Pameran Produksi Indonesia di PRJ.

    Tahun 2010 Komodo tampil di Indonesia International Motor Show (IIMS). Di ajang IIMS kami mendapatkan penghargaan dari Marketeers sebagai "The Best 100% Indonesian Design and Enginering".

    PT FIN itu sendiri kan sebenarnya kepanjangan dari Formula Indonesia, Formula itu artinya yang semua rumusan matematikanya kami nggak nyontek, mulai dari merancang dan segala macam dilakukan dengan formula-formula yang kami hitung sendiri.

    Seberapa besar pengalaman Anda merancang pesawat terbang teraplikasi pada pembuatan Komodo?

    Boleh dibilang besar ya. Yang pertama itu leid wieght yaitu penerapan teknologi struktur ringan tapi kokoh, terkait masalah kelenturan. Jadi, Fin Komodo ini bila digunakan di medan berbatu-batu itu tetap nyaman serasa naik sedan di jalan tol ... he ...he... Begitu pun bila kendaraan sedang jumping itu juga tidak terasa karena kami menerapkan teknologi kestabilan atau stability in control yang baik di Komodo. Begitu pula dengan kekuatan struktur rangka. Untuk mesin kami menggunakan mesin 4 langkah dengan kapasitas silinder 250cc dan maximum momen puntir 17,6 Nm/5500 Rpm.

    Apa yang akan Anda lakukan untuk memasarkan FIN Komodo atau target pasarnya bagaiman?

    Target pasar FIN Komodo seperti di daerah-daerah perkebunan.

    Anda juga ketua Asian Nusa (komunitas pengusaha mobil nasional), apa visi di balik berdirinya Asia Nusa?

    Negara-negara maju itu punya jati diri karena mereka punya teknologi. Kita ini tidak punya teknologi makanya mengapa saya berulang kali selalu mengatakan kita harus buat budaya teknologi.

    Auto Culture - Fin Komodo
    Kenapa dengan Budaya Teknologi?

    Karena teknologi itu tidak bisa dibeli. Teknologi hanya bisa direbut. Caranya? kita harus menganut budaya teknologi terlebih dahulu maka akan melahirkan sebuah teknologi-teknologi berikutnya.

    Yang terjadi di Indonesia kalau kita perhatikan, paling tinggi itu ada ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merek). ATPM itu sebenarnya teknologinya atau budayanya ada di negaranya masing-masing, jadi otaknya atau hatinya bukan dari kita. Lalu di bawah ATPM ada karoseri, karoseri itu kalau tidak ada platformnnya maka dia tidak bisa membuat mobilnya. Selanjutnya ada modifikator, modifikator itu baru bisa dilakukan kalau ada mobilnya. Nah sekarang yang belum ada di kita itu adalah principal.

    Principal inilah yang sebenarnya membuat budaya teknologi. Mengapa kita butuh membuat budaya teknologi? agar kita bisa menghasilkan devisa dan menghemat devisa juga. Kalau dengan ATPM tadi kita bisa menghemat devisa 30 persen karena yang 70 persen kan balik ke negara mereka, dengan menjadi principal kita bisa menghemat devisa sampai 70 persen. Itu yang pertama, yang kedua kita bisa menghasilkan devisa karena kita bisa membuka ATPM-ATPM di negara lain, kita juga melakukan lisensi. Nah di situ sebenarnya jati diri Indonesia itu mucul. Itulah yang menjadi visi kita.

    Menurut Anda apa sesungguhnya kendala yang dihadapi produsen-produsen mobil nasional dalam mengembangkan produknya?

    Yang pertama adalah persoalan mindset. Kalau dengan pola mindset seperti yang diterapkan selama ini seperti yang saya terangkan tadi, kita akan selalu tetap berada di belakang, mengekor terus. Kalau sekarang ini saya coba dibalik. Oleh karena itu saya berharap pada pemerintah untuk membuat kebijakan yang berpihak ke produk nasional.

    Kedua permasalahan finansial, yang selama ini bank-bank di Indonesia itu produk yang sudah mapan yang sudah ada jaminannya itulah yang dibiaya oleh bank. Tetapi bank tidak bisa melihat sebuah produk dari embrionya, misalnya seperti mereka berkalkulasi:"kalau sebuah perusahaan kami biayai dari bayi maka di tahun sekian kami akan menerima hasil sekian" itu mereka belum bisa melihat karena kita memang tidak biasa membuat sebuah perusahaan berdasarkan reaserch and development.

    Kembali ke FIN Komodo, apakah benar 100% sudah menggunakan material lokal?

    Oh ya, semuanya itu kami buat sendiri bahkan kami juga sudah membina UKM-UKM untuk menjadi vendornya FIN Komodo. UKM itu ada yang terletak di Bandung, Cimahi, dan Jabodetabek.

    Melalui Asia Nusa, apa misi ke depan yang masih ingin dicapai?

    Ya seperti saya terangkan tadi, budaya teknologi terutama untuk otomotif harus dikedepankan sebab dampaknya akan luar biasa besarnya. Hal itu pula yang nanti akan mampu "menahan" laju rupiah untuk bisa berada di dalam negeri. Kalau di dalam sudah kuat baru kita penetrasi ke luar negeri.

    Geliat Mobil Nasional

    Industri Otomotif, Dukungan Permodalan Dibutuhkan untuk Pengembangan Produk

    Koran Jakarta - Sabtu, 16 Juli 2011 - Era 1990-an dapat dikatakan sebagai awal kemunculan mobil nasional. Hal itu ditandai dengan lahirnya kendaraan Teknologi Industri Mobil Rakyat (Timor). Memang, mobil tersebut belum sepenuhnya menggunakan material lokal, hanya 60 persen, dan teknologinya masih berkiblat pada Korea Selatan.

    Memasuki era milenium, di tengah-tengah serbuan mobil-mobil buatan Jepang, Eropa, dan Amerika Serikat (AS) ke Tanah Air, sekelompok anak bangsa mencoba menghidupkan kembali mobil nasional. Beberapa merek mobil, di antaranya Kancil, Arina, Gea, Komodo, Wakaba, Boneo, ITM, dan Tawon pun diproduksi meski masih dalam skala kecil.

    Dalam keterbatasan dana, para produsen mencoba membuat kendaraan dengan kandungan lokal mencapai 90 persen. Salah satu mobil tersebut adalah Komodo yang masuk segmentasi kendaraan off road untuk menjelajah medan hutan. Mobil tersebut dibanderol harga 50 juta sampai 60 juta rupiah per unit.

    Respons konsumen terhadap Komodo terbilang positif. Hal itu bisa dilihat dari adanya kenaikan permintaan. Sampai akhir 2011, pesanan terhadap mobil buatan PT Fin Tetra Indonesia itu sudah mencapai sekitar 100 unit. Padahal, pada tahun lalu Komodo hanya terjual 50 unit. "Pada Juli ini kami mulai memproduksi sekitar 100 unit mobil. Versi matik ternyata memang paling banyak diminati konsumen," ujar Ibnu Susilo, Presiden Direktur Fin Tetra Indonesia.

    Komodo, selain diperuntukkan menjelajah hutan, sengaja didesain untuk dapat membawa beban seberat 250 kilogram. Hal itu dimungkinkan karena kendaraan memiliki tenaga hingga 16,7 daya kuda pada 5.700 rpm dan torsi 17,6 Newton meter pada 5.500 rpm. Saat ini, mobil asli Cimahi, Jawa Barat, yang berbahan bakar bensin itu sudah bertipe transmisi matik 250 cc 4-tak. Sebelumnya Komodo hanya dilengkapi mesin 180 cc 2-tak. Adapun top speed kendaraan tersebut mencapai 60 kilometer per jam.

    Mobil nasional lainnya yang juga bakal diproduksi adalah Gea (Gerakan Energi Alternatif). Mobil mikro berkapasitas empat penumpang tersebut dibuat oleh PT Industri Kereta Api (Inka), Madiun, Jawa Timur. Gea dikenal sebagai mobil yang ramah lingkungan karena irit bahan bakar. Lihat saja, untuk satu liter bensin, kendaraan yang memadukan bensin serta gas sebagai bahan bakarnya itu mampu menempuh jarak 20 sampai 25 kilometer. Konsumen yang tertarik dengan city car tersebut dapat membelinya dengan harga 50 juta rupiah per unit.

    Mobil penumpang lainnya adalah Tawon yang memiliki daya tampung lima orang. Tawon yang mampu melaju dengan kecepatan maksimal 90 kilometer per jam itu ditawarkan dengan harga sekitar 50 juta rupiah per unit. Asosiasi Industri Automotive Nusantara (Asia Nusa), organisasi produsen mobil nasional, menyatakan pesanan untuk Tawon dan Gea sudah mencapai sekitar 200 unit pada tahap awal. Apabila tidak ada aral melintang, kedua jenis kendaraan itu akan diluncurkan ke pasar pada pertengahan Juli 2011.

    Untuk memenuhi permintaan konsumen, pada tahap awal, produksi mobil nasional tersebut mencapai sekitar 50 unit untuk setiap model. Mobil-mobil itu rencananya digunakan sebagai angkutan serbaguna di Surabaya, Jawa Timur, dan taksi rakyat di Depok, Jawa Barat. Demi menjaga kepuasan konsumen, menurut Ibnu, pihaknya memberikan layanan purnajual dengan menunjuk bengkel-bengkel representatif yang tersebar di daerah-daerah penjualan. "Jadi, konsumen tidak perlu khawatir kesulitan jika menghadapi masalah tentang mesin," kata Ibnu yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Asia Nusa.

    Butuh Dukungan

    Meskipun terjadi kecenderungan peningkatan permintaan mobil nasional, para produsen menyatakan masih membutuhkan dukungan pemerintah untuk mengembangkan usaha. Dukungan tersebut utamanya dalam hal pembiayaan. Pasalnya, sampai saat ini, belum ada lembaga keuangan, termasuk perbankan, yang bersedia menjadi penjamin untuk cicilan kredit mobil nasional.

    Menurut Ibnu, selama ini konsumen memesan dan membayar langsung mobil secara tunai. Dana dari konsumen itulah yang kemudian digunakan untuk ongkos produksi. Karena keterbatasan dana, produsen kesulitan memproduksi kendaraan dalam skala besar. Oleh sebab itu, para produsen berharap pemerintah turut mendorong perbankan ikut andil dalam mengembangkan mobil asli buatan anak bangsa.

    Di luar persoalan dana, para produsen mobil nasional dituntut tetap dapat menghasilkan produk terbaik agar mampu mencuri hati konsumen. Berbagai upaya hendaknya ditempuh pihak produsen agar kepercayaan masyarakat terhadap kendaraan buatan dalam negeri semakin lama semakin meningkat. "Masalah kepercayaan adalah poin penting. Apabila masyarakat sudah yakin dan percaya terhadap mobil lokal, maka harga pun menjadi tidak masalah, dan produk akan mudah berkembang," papar pengamat otomotif, Suhari Sargo, di Jakarta, baru-baru ini.

    Lebih lanjut, Suhari mengatakan asalkan produsen benar-benar dapat menjaga kepercayaan konsumen, peluang mobil nasional untuk berkembang cukup besar, apalagi harga produk terbilang murah. Hal lain yang harus diperhatikan produsen adalah membaca kebutuhan dan minat masyarakat Indonesia. Suhari menggambarkan masyarakat Indonesia umumnya lebih menyukai mobil yang memiliki kapasitas besar alias berpenumpang banyak. "Mobil penumpang produksi lokal masih berupa mini car, seharusnya dipikirkan pula tipe mobil dengan kapasitas lebih besar," saran dia. (had/E-2)

    Inka siap luncurkan mobil GEA

    Solo (Espos) Badan usaha milik negara (BUMN) PT Industri Kereta Api (Inka Madiun) menilai kawasan Soloraya dinilai potensial menjadi cluster industri kecil dan menengah (IKM) otomotif.

    Cluster tersebut dibutuhkan untuk mendukung rencana produksi masal mobil produksi Inka, GEA singkatan dari Gulirkan Energi Alternatif, yang dijual seharga Rp 40 juta-Rp 60 juta/unit pada triwulan III/2011 mendatang. Manajer Pengembangan Bisnis Transportasi PT Inka, M Pramudya, mengatakan di Soloraya banyak terdapat IKM yang menguasai teknologi menghasilkan komponen mobil terutama yang terkait interior.

    “Potensinya ada. Solo punya IKM, ada pengecoran logam di Ceper Klaten. Ada STP (Solo Techno Park-red) dan ATMI (Akademi Teknik Mesin Industri-red) untuk assembling-nya,” jelas Pramudya, saat ditemui wartawan, di sela-sela menjadi pembicara dalam Workshop Inovasi & Temu Bisnis Bidang Teknologi Manufaktur di STP, Selasa (12/7).

    Menurut dia, hanya dibutuhkan integrasi dari unsur-unsur tersebut untuk menghasilkan komponen produk yang dibutuhkan dalam produksi massal mobil GEA. Pihak Inka, kata dia, berencana melakukan produksi masal GEA antara 6.000-10.000 unit per tahun. Saat ini, masih dilakukan pengujian terhadap prototype mobil. GEA sendiri akan dirilis pada triwulan III/2011, dengan tiga varian, yakni jenis mobil penumpang, pikap dan blind car yaitu mobil tanpa kaca yang digunakan untuk pengangkut barang. Rencananya hasil produksi massal disalurkan ke koperasi yang membutuhkan mobil operasional.

    Pramudya melanjutkan selama ini produksi GEA disokong dari sekitar 200 IKM di Jawa Timur. IKM yang tersebar di Pasuruan, Sidoharjo, dan Malang tersebut dapat memroduksi berbagai komponen mobil, seperti interior dan komponen rangka sasis. Pramudya percaya dengan pengawalan Kementerian Riset dan Teknologi (Ristek), juga dukungan Pemda, STP dan ATMI, bukan hal sulit mengembangkan cluster otomotif di Solo.

    Dukungan Kemenristek

    Rencana pengembangan cluster tersebut mendapat dukungan Kemenristek. Deputi Menristek Bidang Jaringan Iptek, yang kemarin, diwakili Deputi Relevansi & Produktivitas Iptek, Teguh Raharjo, mengatakan pihaknya siap memberikan dukungan dalam hal pendanaan untuk melakukan riset teknologi otomotif. Menurut dia, teknologi inilah yang dibutuhkan IKM untuk berkembang dan menjadi bagian dari industri otomotif Tanah Air.

    Dia menilai, pengembangan IKM masih terkendala sejumlah hal, di antaranya belum konsistennya produk hasil pekerjaan IKM. “Kalau membuat satu mungkin bagus. Tapi membuat 100 unit banyak yang cacat, apalagi membuat 1.000 unit. Persoalan ini yang harus dipecahkan bersama,” ujar dia.

    Menanggapi rencana tersebut, pihak STP, melalui perwakilan pengelolanya, Sumadi, mengatakan dibutuhkan pendataan IKM terlebih dahulu sebelum cluster benar-benar dikembangkan. - Oleh : Tika Sekar Arum